Manajemen
Kata Manajemen berasal dari bahasa Perancis kuno ménagement,  yang memiliki arti melaksanakan dan mengatur. Manajemen belum memiliki  definisi yang mapan dan diterima secara universal. Misalnya Follet, 1997 mendefinisikan manajemen sebagai suatu seni dalam menyelesaikan sesuatu melalui orang lain. Nickels, McHugh and McHugh,  1997 mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses yang dilakukan  untuk mewujudkan tujuan organisasi melalui rangkaian kegiatan berupa  perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian orang-orang  sertta sumber daya organisasi lainnya. Dan definisi menurut Ernie dan Kurniawan, 2005 manajemen adalah seni atau proses dalam menyelesaikan sesuatu yang terkait dengan pencapaian tujuan.
Manajemen suatu  kolektivitas yaitu merupakan suatu kumpulan dari orang-orang yang  bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan bersam. Kolektivitas atau  kumpulan orang-orang inilah yang disebut dengan manajemen, sedang orang  yang bertanggung jawab terhadap terlaksananya suatu tujuan atau  berjalannya aktivitas manajemen disebut manajer.
Jadi, manajemen yaitu koordinasi semua sumber daya melalui proses perencanaan, pengorganisasian, penetapan tenaga kerja, pengarahan dan pengawasan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu.
Fungsi-Fungsi Manajemen
Fungsi  manajemen adalah elemen-elemen dasar yang akan selalu ada dan melekat  di dalam proses manajemen yang akan dijadikan acuan oleh manajer dalam  melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan.
Menurut para ahli :
Henri Fayol
Henri  Fayol lahir di Istanbul tahun 1841 dan wafat di Paris pada tahun 1925 .  Fayol adalah seorang teoris manajemen atau administrasi asal Prancis .
Yang paling terkenal dari Fayol adalah tentang lima fungsi utama Manajemen, yaitu :
- Merencanakan
- Mengorganisir
- Memerintah
- Mengkoordinasi
- Mengontrol
Ernest Dale 
Manajemen adalah suatu proses yang memiliki fungsi, terdiri dari :
- Planning
- Organizing
- Staffing
- Directing
- Innovating
- Representing
- Controling
George R.Terry
- Perencanaan (Planning) yaitu rencana dari setiap manajer untuk memajukan visi dan misi di dalam perusahaannya agar terus berkembang dan maju dalam persaingan terhadap perusahaan lain.
- Pengorganisiran (Organizing) yaitu fungsi sebuah organisasi untuk mewujudkan agar planning dalam organisasi dan manajemen dapat terlaksana oleh karena itu dibutuhkan organisasi untuk menjalankan sebuah rencara.
- Penggerakkan (Actuating) maksudnya adalah menempatkan segala sesuatu sesuai prosedurnya.
- Pengawasan (Controling) maksudnya agar sebuah organisasi terus brjalan dengan baik maka dibutuhkan pengawasan dari Manajer yang bias mengatur organisasi tersebut.
Luther M. Gulick 
- Perencanaan (Planning)
- Mengorganisir (Organizing)
- Melengkapkan Tenaga Kerja (Staffing)
- Mengarahkan (Directing)
- Menyelaras/Mengkoordinir (Coordinating)
- Melaporkan (Reporting)
- Menyusun Anggaran (Budgeting)
Organisasi
Organisasi adalah perserikatan untuk mencapai tujuan.
- Organisasi dalam arti badan adalah sekelompok orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu.
- Organisasi dalam arti bagan adalah gambaran skematis tentang hubungan kerja sama antara orang-orang yang terdapat dalam suatu badan untuk mencapai tujuan.
- Organisasi dalam arti dinamis adalah proses penetapan dan pembagian pekerjaan,pembatasan tugas dan tanggung jawab, serta penetapan hubungan antara unsur-unsur organisasi, sehingga dapat bekerja dengan efektif untuk mencapai tujuan.
Organisasi terdapat tiga faktor atau unsur penting yaitu :
- Adanya sekelompok orang.
- Adanya hubungan dan pembagian kerja diantara mereka.
- Adanya tujuan yang ingin dicapai.
Bentuk-Bentuk Bagan Organisasi
- Bentuk piramid. Bentuk yang paling banyak digunakan karena sederhana, jelas dan mudah dimengerti.
- Bentuk vertikal. Bentuk yang agak meyerupai bentuk piramid dalam hal pelimpahan kekuasaan dari atas ke bawah, hanya bagian vertikal berwujud tegak sepenuhnya.
- Bentuk horizontal. Bagan ini digambarkan secara mendatar, aliran wewenang dan tanggung jawab digambarkan dari kiri ke kanan.
- Bentuk lingkaran. Bagan ini mekekankan pada hubungan antara satu jabatan dengan jabatan lain.
1. Bentuk Vertikal
2. Bentuk Mendatar / horizontal
3. Bentuk Lingkaran / circular
4. Bentuk Setengah lingkaran / semi Sircular
5. Bentuk Elliptical
6. Bentuk Piramida terbalik (Invented Piramid)
Bagan organisasi adalah suatu upaya dengan tulisan atau lisan untuk menunjukan tingkatan organisasi.
1.       Bagan Mendatar ialah bentuk bagan organisasi yang saluran wewenangnya dari  pucuk pimpinan sampai dengan satuan organisasi atau pejabat yang  terendah disusun dari kiri kea rah kanan atau sebaliknya.
2.       Bagan  Lingkaran ialah bentuk bagan organisasi yang saluran wewenangnya dari  pucuk pimpinana sampai dengan satuan organisasi atau pejabat yang  terendah disusun dari pusat lingkaran ke aarah bidang lingkaran.
3.       Bagan  Setengah Lingkaran ialah bentuk bagan organisasi yang saluran wewenang  dari pucuk pimpinan sampai dengan satuan organisasi atau pejabat yang  terendah disusun dari pusat lingkaran kea rah bidang bawah lingkaran  atau sebaliknya.
4.       Bagan  Elips ialah bentuk bagan satuan organisasi yang saluran wewenangnya  dari pucuk pimpinan sampai dengan satuan organisasi atau pejabat yang  terendah disusun dari pusat Elips ke arah bidang elips
Setiap  bentuk bagan organisasi yang ada menggambarkannya dapat dibalik,  kecuali bagan lingkaran, bagan elips dan bagan sinar. Bagan pyramid  dapat disusun dari bawah kea rah atas, bagan mendatar dapat disusun dari  kanan kea rah kiri, bagan menegak (Vertikal) dapat disusun dari bawah  ke atas, bagan setengah lingkaran dapat disusun dari pusat lingkaran ke  arah bidang atas lingkaran, bagan setengah elips dapat disusun dari  pusat elip ke arah bidang atas elips. Dalam bagan lingkaran, bagan elip  dapat pula digambar satuan organisasi atau pejabat yang lebih rendah  kedudukannya terletak di atas, tetapi ini semua tidak mengubah jenjang  ataupun kedudukan yang sesungguhnya.
Hal ini dikemukakan pula oleh Keith Davis sebagai berikut ;
“Perubahan-perubahan  penggambaran bagan kadang-kadang diterima untuk menggalakan pertalian  kedudukan atasan bawahan dari kebiasaan bagan-bagan organisasi, tetapi  perubahan-perubahan ini tidak mengubah keadaan kedudukan yang  sebenarnya. Termasuk di dalamnya perubahan-perubahan bagan mendatar,  lingkaran, setengah lingkaran, elips dan piramida terbalik.”
Organisasi Sosial
Organisasi  sosial adalah perkumpulan sosial yang dibentuk oleh masyarakat, baik  yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum, yang berfungsi  sebagai sarana partisipasi masyarakat dalam pembangunan bangsa dan  negara. Sebagai makhluk yang selalu hidup bersama-sama, manusia  membentuk organisasi sosial untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang  tidak dapat mereka capai sendiri.
Secara garis besar pengertian organisasi sosial dikelompokan ke dalam 2 pendekatan disiplin ilmu, antara lain:
1. Pendekatan Antropologi Sosial, diantaranya dikemukakan oleh :
- WHR Rivers (dalam Harsojo, 1977 : 243) mengemukakanbahwa organisasi sosial adalah suatu proses yang menyebabkan individu disosialisasikan dalam kelompok. Ruang lingkup penyelidikan tentang organisasi social meliputi struktur dan fungsi dari suatu kelompok social.
- Raymond Firth (dalam Harsojo, 244) dalam bukunya Element of Social Organization menyatakan bahwa yangdimaksud organisasi adalah suatu proses sosial dan pengaturan aksi berturut-turut menyesuaikan diri dengan tujuan yang dipilih. Organisasi sosial adalah penyusunan dari hubungan/interaksi sosial yang dilakukan dengan jalan pemilihan dan penetapan.
2. Pendekatan Sosiologi, diantaranya dikemukakan oleh :
- Alvin L. Bertrand (1980 : 25) mengemukakan pengertian organisasi sosial dalam arti luas adalah tingkah laku manusia yang berpola kompleks serta luas ruang lingkupnya di dalam setiap masyarakat.Organisasi social dalam arti khusus adalah tingkah laku dari para pelaku di dalam sub-sub unit masyarakat misalnya keluarga, bisnis dan sekolah.
- Robin Williams (dalam Bertrand : 26) mengemukakan bahwaorganisasi sosial menunjuk pada tindakan manusia yang saling memperhitungkan dalam arti saling ketergantungan. Ia selanjutnya menjelaskan bahwa pada saat individu melakukan interaksi berlangsung terus dalam jangka waktu tertentu, maka akan timbul pola-pola tingkah laku.
- JBAF Maijor Polak (1985 : 254) mengemukakan bahwaorganisasi sosial dalam arti sebagai sebuah asosiasi adalahsekelompok manusia yang mempunyai tujuan tertentu, kepentingan tertentu, menyelenggarakan kegemaran tertentu atau minat-minat tertentu
- Soerjono Soekanto (1988 : 107-108) mengemukakanorganisasi sosial adalah kesatuan-kesatuan hidup atas dasar kepentingan yang sama dengan organisasi yang tetap sebagai sebuah asosiasi.
Menurut Berelson dan Steiner (1964 : 55) sebuah organisasi memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
- Formalitas, merupakan ciri organisasi sosial yang menunjuk kepada adanya perumusan tertulis daripada peratutan-peraturan, ketetapan-ketetapan, prosedur, kebijaksanaan, tujuan, strategi, dan seterusnya
- Hierarkhi, merupakan ciri organisasi yang menunjuk pada adanya suatu pola kekuasaan dan wewenang yang berbentuk piramida, artinya ada orang-orang tertentu yang memiliki kedudukan dan kekuasaan serta wewenang yang lebih tinggi daripada anggota biasa pada organisasi tersebut.
- Besarnya dan Kompleksnya, dalam hal ini pada umumnya organisasi sosial memiliki banyak anggota sehingga hubungan sosial antar anggota adalah tidak langsung (impersonal), gejala ini biasanya dikenal dengan gejala “birokrasi”.
- Lamanya (duration), menunjuk pada diri bahwa eksistensi suatu organisasi lebih lama daripada keanggotaan orang-orang dalam organisasi itu.
Ada juga yang menyatakan bahwa organisasi sosial, memiliki beberapa ciri lain yang behubungan dengan keberadaan organisasi itu. Diantaranya adalah:
- Rumusan batas-batas operasionalnya (organisasi) jelas. Seperti yang telah dibicarakan diatas, organisasi akan mengutamakan pencapaian tujuan-tujuan berdasarkan keputusan yang telah disepakati bersama. Dalam hal ini, kegiatan operasional sebuah organisasi dibatasi oleh ketetapan yang mengikat berdasarkan kepentingan bersama, sekaligus memenuhi aspirasi anggotanya.
- Memiliki identitas yang jelas. Organisasi akan cepat diakui oleh masyarakat sekelilingnya apabila memiliki identitas yang jelas. Identitas berkaitan dengan informasi mengenai organisasi, tujuan pembentukan organisasi, maupun tempat organisasi itu berdiri, dan lain sebagainya.
- Keanggotaan formal, status dan peran. Pada setiap anggotanya memiliki peran serta tugas masing masing sesuai dengan batasan yang telah disepakati bersama.
Jadi, dari beberapa ciri organisasi yang telah dikemukakan kita akan mudah membedakan yang mana dapat dikatakan organisasi dan yang mana tidak dapat dikatakan sebagai sebuah organisasi.
Organisasi Informal
Organisasi  informal, merupakan kumpulan antar perseorangan tanpa tujuan bersama  yang disadari, meskipun pada akhirnya hubungan-hubungan yang tak  disadari itu untuk tujuan bersama.
Organisasi informal ini keberadaamya tidak direncanakan tetapi terjadi secara otomatis karena hubungan antar perseorangan pada sesama anggota organisasi formal (perusahaan).
Organisasi informal ini terjadi karena adanya komunikasi antar sesama yang dengan cepat menyebarkan informasi melalui desas-desus dari mulut kemulut. Adapun desas-desus itu bisa saja berlebihan, salah, kurang tepat maupun merupakan kebocoran informasi dari atasan yang mungkin benar. Untuk itulah agar organisasi informal bermanfaat bagi perusahaan maka sudah sepantasnya kalau setiap atasan harus bisa menggunakan segi positif kebceradaan organisasi informal ini terutama dalam rnenyampaikan perintah. Perkembangan organisasi informal didalam organisasi formal dikarenakan adanya ketidak mampuan organisasi formal dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan tertentu dari anggota organisasi formal itu sendiri.
Organisasi formal dan organisasi informal memiliki persamaan dan perbedaan dalam hal tujuannya, mekanisme kontrol, karakteristik dan sebagainya.
Menurut J. Winardi organisasi informal memiliki beberapa ciri-ciri yang membedakan dari organisasi formal, yaitu :
- Keanggotaan pada organisasi-organisasi informal dapat dicapai baik secara sadar maupun tidak sadar, dan kerap kali sulit untuk menentukan waktu dimana seseorang menjadi anggota organisasi tersebut.
- Sifat hubungan antar anggota dan bahkan tujuan organisasi yang bersangkutan tidak terspesifikasi.
- Organisasi informal dapat dialihkan menjadi organisasi formal apabila hubungan didalamnya dan kegiatan yang dilakukan terstruktur dan terumuskan.
- Organisasi informal, merupakan kumpulan antar perseorangan tanpa tujuan bersama yang disadari, meskipum pada akhirnya hubungan-hubungan yang tak disadari itu untuk tujuan bersama.
- Dalam organisasi formal, tiap unsure organisasi mempunyai kedudukan tugas dan fungsi-fungsi yang tegas. sedangkan didaam organisasi informal, kedudukan serat fungsinya tampak kabur. (J Winardi, 2003 : 9).
Selain itu, menurut Hicks organisasi informal dibedakan menjadi organisasi primer dan organisasi sekunder :
- Organisasi Primer, organisasi semacam ini menuntut keterlibatan secara lengkap, pribadi dan emosional anggotanya. Mereka berlandaskan ekspektasi rimbal balik dan bukan pada kewajiban yang dirumuskan dengan eksak. Contoh dari organisasi semacam ini adalah keluarga-keluarga tertentu.
- Organisasi Sekunder, organisasi sekunder memuat hubungan yang bersifat intelektual, rasional, dan kontraktual. Organisasi seperti ini tidak bertujuan memberikan kepuasan batiniyah, tapi mereka memiliki anggota karena dapat menyediakan alat-alat berupa gaji ataupun imbalan kepada anggotanya. Sebagai contoh organisasi ini adalah kontrak kerjasama antara majikan dengan calon karyawannya dimana harus saling setuju mengenai seberapa besar pembayaran gajinya.
Organisasi informal adalah hubungan pribadi dalam organisasi yang mempengaruhi putusan di dalam organisasi tersebut tetapi ditiadakan dari skema formal dan tidak panggaruh dengan struktur formal organisasi.
Organisasi informal tumbuh karena berbagai faktor baik ekstern (pendidikan, umur, senioritas, jenis kelamin, latar belakang etnis dan kepribadian), maupun intern (jabatan, upah, jadwal kerja, mobilitas, dan simbol status).
Seperti halnya organisasi formal, organisasi informal juga memiliki struktur tersendiri. Struktur inilah yang membedakan antara dua jenis organisasi tersebut.
Adapun struktur organisasi informal, yaitu :
- Organisasi informal adalah hubungan pribadi dalam organisasi yang mempengaruhi putusan di dalam organisasi tersebut tetapi ditiadakan dari skema formal dan tidak panggah dengan struktur formal organisasi.
- Organisasi informal tumbuh karena berbagai faktor baik ekstern (pendidikan, umur, senioritas, jenis kelamin, latar belakang etnis dan kepribadian), maupun intern (jabatan, upah, jadwal kerja, mobilitas, dan simbol status)
- Organisasi informal membentuk klik, status dan peranan, norma dan sanksi serta metode kerja sendiri lain dengan aturan formal.
- Organisasi informal dapat bermanfaat bagi pribadi anggota dan organisasi, namun juga dapat membahayakan organisasi.
- Organisasi informal berkembang dalam berbagai bentuk.
Organisasi Niaga
Organisasi niaga adalah organisasi yang tujuannya mencari keuntunguan.
Macam-Macam Organisasi Niaga
1. Perseroan Terbatas (PT)
Perseroan Terbatas dahulu disebut Naamloze Vennootschaap  (NV), yaitu suatu persekutuan untuk menjalankan usaha yang memiliki  modal terdiri dari saham-saham, yang pemiliknya memiliki bagian sebanyak  saham yang dimilikinya.
Perubahan kepemilikan perusahaan dapat dilakukan tanpa perlu membubarkan perusahaan. Setiap orang dapat memiliki lebih dari satu saham yang menjadi bukti pemilikan perusahaan. Pemilik saham memiliki tanggung jawab yang terbatas yaitu sebanyak saham yang dimiliki.
Apabila utang perusahaan melebihi kekayaan perusahaan, maka kelebihan utang tersebut tidak menjadi tanggung jawab para pemegang saham. Apabila perusahaan mendapatkan keuntungan maka keuntungan tersebut dibagi sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
- PT Terbuka menjual saham kepada masyarakat umum melalu pasar modal (go public) dan setiap orang berhak membeli saham perusahaan tersebut.
- PT Tertutup modalnya berasal dari kalangan tertentu saja, misal dari kalangan kerabat atau keluarga dan tidak dijual ke umum.
- PT Kosong adalah perseroan terbatas yang tidak memiliki kegiatan apa-apa tetapi telah memiliki izin usaha dan izin lainnya.
2. Persekutuan Komanditer (CV)
Persekutuan Komanditer atau biasa disebut CV (Commanditaire Vennootscap)  adalah suatu persekutuan yang didirikan oleh seorang atau beberapa  orang yang mempercayakan uang atau barang kepada seorang atau beberapa  orang yang menjalankan perusahaan dan bertindak sebagai pemimpin.
- CV Murni hanya terdapat satu sekutu komplementer, yang lain merupakan sekutu komanditer.
- CV Campuran terbentuk dari suatu firma yang membutuhkan tambahan modal. Dimana sekutu firma tersebut menjadi sekutu komplementer sedangkan sekutu lain menjadi sekutu komanditer.
- CV Bersaham adalah CV yang mengeluarkan saham yang tidak dapat diperjualbelikan. Sekutu komplementer maupun komanditer mengambil satu saham atau lebih.
3. Joint Ventura 
Joint  Ventura atau Perusahaan Patungan adalah sebuah kesatuan yang dibentuk  antara 2 pihak atau lebih untuk menjalankan kegiatan ekonomi bersama.  Perusahaan ini umumnya untuk suatu proyek khusus saja dan bisa berupa  badan hukum, kemitraan atau struktur resmi lainnya bergantung pada  jumlah pertimbangan seperti pertanggungjawaban pajak dan kerugian.
4. Koperasi
4. Koperasi
Koperasi  adalah suatu jenis badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau  badan hukum yang melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip gerakan  ekonomi rakyat yang berasaskan kekeluargaan. Tujuan koperasi adalah  mensejahterakan anggotanya (menurut UUD 1945 pasal 33 ayat 1).
- Koperasi Simpan Pinjam, yaitu koperasi yang bergerak di bidang simpanan dan pinjaman.
- Koperasi Konsumen, yaitu koperasi yang beranggotakan para konsumen dengan menjalankan kegiatan jual beli barang konsumen.
- Koperasi Produsen, yaitu koperasi yang beranggotakan para pengusaha UKM dengan menjalankan kegiatan pengadaan bahan baku dan penolong untuk anggotanya.
- Koperasi Pemasaran, yaitu koperasi yang menjalankan kegiatan penjualan produk atau jasa koperasi anggotanya.
- Koperasi Jasa, yaitu koperasi yang bergerak di bidang usaha jasa lainnya.
5. Kartel
Kartel adalah kelompok produsen mandiri yang bertujuan menetapkan harga, membatasi suplai dan kompetisi.
Konflik Didalam Organisasi tidak dapat di pungkiri  pasti terdapat suatu konflik, konflik ini terjadi karena setiap  orang-orang yang terlibat organisasi pasti mempunyai visi, misi , dan  karakter yang berbeda, akan tetapi tidak semua konflik merugikan,  asalkan konflik tersebut ditata dengan baik maka dapat menguntungkan  organisasi.  
Pengertian Konflik  
Konflik  dapat diartikan sebagai ketidak setujuan antara dua atau lebih anggota  organisasi atau kelompok-kelompok dalam organisasi yang timbul karena  mereka harus menggunakan sumber daya yang langka secara bersama-sama  atau menjalankan kegiatan bersama-sama dan atau karena mereka mempunyai  status, tujuan, nilai-nilai dan persepsi yang berbeda. Anggota-anggota  organisasi yang mengalami ketidaksepakatan tersebut biasanya mencoba  menjelaskan duduk persoalannya dari pandangan mereka.
Macam-macam Konflik
·         Dari segi pihak yang terlibat dalam konflik
Dari segi ini konflik dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu : 
- Konflik individu dengan individu. Konflik semacam ini dapat terjadi antara individu pimpinan dengan individu pimpinan dari berbagai tingkatan. Individu pimpinan dengan individu karyawan maupun antara inbdividu karyawan dengan individu karyawan lainnya.
- Konflik individu dengan kelompok. Konflik semacam ini dapat terjadi antara individu pimpinan dengan kelompok ataupun antara individu karyawan dengan kempok pimpinan.
- Konflik kelompok dengan kelompok. Ini bisa terjadi antara kelompok pimpinan dengan kelompok karyawan, kelompok pimpinan dengan kelompok pimpinan yang lain dalam berbagai tingkatan maupun antara kelompok karyawan dengan kelompok karyawan yang lain.
·         Dari segi dampak yang timbul
Dari  segi dampak yang timbul, konflik dapat dibedakan menjadi dua, yaitu  konflik fungsional dan konflik infungsional. Konflik dikatakan  fungsional apabila dampaknya dapat memberi manfaat atau keuntungan bagi  organisasi, sebaliknya disebut infungsional apabila dampaknya justru  merugikan organisasi. Konflik dapat menjadi fungsional apabila dikelola  dan dikendalikan dengan baik.
Sebab-Sebab Timbulnya Konflik 
 Faktor-faktor yang dapat menimbulkan adanya konflik dalam suatu organisasi antara lain adalah : 
·         Berbagai Sumber Daya yang Langka 
Karena  sumber daya yang dimiliki organisasi terbatas / langka maka perlu  dialokasikan. Dalam alokasi sumber daya tersebut suatu kelompok mungkin  menerima kurang dari kelompok yang lain. Hal ini dapat menjadi sumber  konflik.
·          Perbedaan Dalam Tujuan
Dalam  suatu organisasi biasanya terdiri dari atas berbagai macam bagian yang  bisa mempunyai tujuan yang berbeda-beda. Perbedaan tujuan dari berbagai  bagian ini kalau kurang adanya koordinasi dapat menimbulkan adanya  konflik. Sebagai contoh : bagian penjualan mungkin ingin meningkatkan  valume penjualan dengan memberikan persyaratan-persyaratan pembelian  yang lunak, seperti kredit dengan bunga rendah, jangka waktu yang lebih  lama, seleksi calon pembeli yang tidak terlalu ketat dan sebagainya.  Upaya yang dilakukan oleh bagian penjualan semacam ini mungkin akan  mengakibatkan peningkatan jumlah piutang dalam tingkat yang cukup  tinggi. Apabila hal ini dipandang dari sudut keuangan, mungkin tidak  dikehendaki karena akan memerlukan tambahan dana yang cukup besar.
·          Saling Ketergantungan Dalam Menjalankan Pekerjaan
Organisasi  merupakan gabungan dari berbagai bagian yang saling berinteraksi.  Akibatnya kegiatan satu pihak mungkin dapat merugikan pihak lain. Dan  ini merupakan sumber konflik pula. Sebagai contoh : bagian akademik  telah membuat jadwal ujian beserta pengawanya, setapi bagian tata usaha  terlambat menyampaikan surat pemberitahuan kepada para pengawas dan  penguji sehingga mengakibatkan terganggunya pelaksanaan ujian. 
·          Perbedaan Dalam Nilai atau Persepsi
Perbedaan  dalam tujuan biasanya dibarengi dengan perbedaan dalam sikap, nilai dan  persepsi yang bisa mengarah ke timbulnya konflik. Sebagai contoh :  seorang pimpinan muda mungkin merasa tidak senang sewaktu diberi  tugas-tugas rutin karena dianggap kurang menantang kreativitasnya untuk  berkembang, sementara pimpinan yang lebih senior merasa bahwa  tugas-tugas rutin tersebut merupakan bagian dari pelatihan.
·          Sebab-Sebab Lain
Selain  sebab-sebab di atas, sebab-sebab lain yang mungkin dapat menimbulkan  konflik dalam organisasi misalnya gaya seseorang dalam bekerja, ketidak  jelasan organisasi dan masalah-masalah komunikasi.
Penanganan Konflik
Mediator yang dapat menyelesaikan konflik melalui :
Pengawasan
Pengawasan  adalah segala usaha atau kegiatan untuk mengetahui dan menilai  kenyataan yang sebenarnya mengenai pelaksanaan tugas atau kegiatan,  apakah sesuai dengan yang semestinya atau tidak (Suyamto).
Fungsi Pengawasan yaitu :
- Eksplanasi, pengawasan menghimpun informasi yang dapat menjelaskan mengapa hasil-hasil kebijakan publik dan program yang dicanangkan berbed
- Akuntansi, pengawasan menghasilkan informasi yang bermanfaat untuk melakukan akuntansi atas perubahan sosial ekonomi yang terjadi setelah dilaksanakannya sejumlah kebijakan publik dari waktu ke waktu.
- Pemeriksaan, pengawasan membantu menentukan apakah sumberdaya dan pelayanan yang dimaksudkan untuk kelompok sasaran maupun konsumen tertentu memang telah sampai kepada mereka.
- Kepatuhan, pengawasan bermanfaat untuk menetukan apakah tindakan dari para administrator program, staf dan pelaku lain sesuai dengan standar dan prosedur yang dibuat oleh legislator, instansi pemerintah dan atau lembaga professional.
Maksud dan Tujuan Pengawasan yaitu : 
- Mengetahui jalannya pekerjaan apakah lancar atau tidak.
- Memperbaiki kesalahan yang dibuat oleh pegawai dan mengusahakan pencegahan agar tidak terulang kembali kesalahan yang sama atau timbulnya kesalahan baru.
- Mengetahui penggunaan budget yang telah ditetapkan dalam rencana awal (planning) terarah kepada sasarannya dan sesuai dengan yang direncanakan.
- Mengetahui pelaksanaan kerja sesuai dengan program (fase/tingkat pelaksanaan).
- Mengetahui hasil pekerjaan dibandingkan dengan yang telah ditetapkan dalam perencanaan.
Pengawasan Aktif dan Pasif yaitu :
·         Pengawasan Aktif (Dekat)
Merupakan jenis pengawasan yang dilaksanakan ditempat kegiatan yang bersangkutan.
·         Pengawasan Pasif
Melakukan  penelitian dan pengujian terhadap surat-surat pertanggung jawaban yang  disertai dengan bukti-bukti penerimaan dan pengeluaran.
Motivasi  
Achievement Motivation
Kepemimpinan
Sumber:
Motivasi adalah  proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan seorang individu  untuk mencapai tujuannya. Tiga elemen utama dalam definisi ini adalah  intensitas, arah, dan ketekunan. Berdasarkan teori hierarki kebutuhan  Abraham Maslow, teori X dan Y Douglas McGregor maupun teori motivasi  kontemporer, arti motivasi adalah alasan yang mendasari sebuah perbuatan  yang dilakukan oleh seorang individu. Seseorang dikatakan memiliki  motivasi tinggi dapat diartikan orang tersebut memiliki alasan yang  sangat kuat untuk mencapai apa yang diinginkannya dengan mengerjakan  pekerjaannya yang sekarang. Berbeda dengan motivasi dalam pengertian  yang berkembang di masyarakat yang seringkali disamakan dengan semangat,  seperti contoh dalam percakapan "saya ingin anak saya memiliki motivasi  yang tinggi". Statemen ini bisa diartikan orang tua tersebut  menginginkan anaknya memiliki semangat belajar yang tinggi. Maka, perlu  dipahami bahwa ada perbedaan penggunaan istilah motivasi di masyarakat.  Ada yang mengartikan motivasi sebagai sebuah alasan, dan ada juga yang  mengartikan motivasi sama dengan semangat.
Dalam hubungan  antara motivasi dan intensitas, intensitas terkait dengan seberapa giat  seseorang berusaha, tetapi intensitas tinggi tidak menghasilkan  prestasi kerja yang memuaskan kecuali upaya tersebut dikaitkan dengan  arah yang menguntungkan organisasi. Sebaliknya elemen yang terakhir,  ketekunan, merupakan ukuran mengenai berapa lama seseorang dapat  mempertahankan usahanya.
Jadi  memotivasi orang lain, bukan sekadar mendorong atau bahkan memerintahkan  seseorang melakukan sesuatu, melainkan sebuah seni yang melibatkan  berbagai kemampuan dalam mengenali dan mengelola emosi diri sendiri dan  orang lain. Paling tidak kita harus tahu bahwa seseorang melakukan  sesuatu karena didorong oleh motivasinya. Ada tiga jenis atau tingkatan  motivasi seseorang, yaitu:
Fear Motivation
Motivasi  yang didasarkan atas ketakutan (fear motivation). Dia melakukan sesuatu  karena takut jika tidak maka sesuatu yang buruk akan terjadi, misalnya  orang patuh pada bos karena takut dipecat, orang membeli polis asuransi  karena takut jika terjadi apa-apa dengannya, anak-istrinya akan  menderita. 
Achievement Motivation
Ingin  mencapai sesuatu (achievement motivation). Motivasi ini jauh lebih baik  dari motivasi yang pertama, karena sudah ada tujuan di dalamnya.  Seseorang mau melakukan sesuatu karena dia ingin mencapai suatu sasaran  atau prestasi tertentu.
Inner Motivation 
Motivasi  yang didorong oleh kekuatan dari dalam (inner motivation), yaitu karena  didasarkan oleh misi atau tujuan hidupnya. Seseorang yang telah  menemukan misi hidupnya bekerja berdasarkan nilai (values) yang  diyakininya. Nilai-nilai itu bisa berupa rasa kasih (love) pada sesama  atau ingin memiliki makna dalam menjalani hidupnya. Orang yang memiliki  motivasi seperti ini biasanya memiliki visi yang jauh ke depan. Baginya  bekerja bukan sekadar untuk memperoleh sesuatu (uang, harga diri,  kebanggaan, prestasi) tetapi adalah proses belajar dan proses yang harus  dilaluinya untuk mencapai misi hidupnya.
Komunikasi
Komunikasi  adalah "suatu proses dalam mana seseorang atau beberapa orang,  kelompok, organisasi, dan masyarakat menciptakan, dan menggunakan  informasi agar terhubung dengan lingkungan dan orang lain". Pada  umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat  dimengerti oleh kedua belah pihak. Apabila tidak ada bahasa verbal yang  dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan  menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya  tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat bahu. Cara seperti ini  disebut komunikasi dengan bahasa nonverbal.
Hambatan-Hambatan Komunikasi 
Dalam  praktek berkomunikasi biasanya seseorang akan menemui berbagai macam  hambatan yang jika tidak dapat ditanggapi dan disikapi secara tepat akan  membuat proses komunikasi yang terjadi menjadi sia-sia karena pesan  tidak tersampaikan atau yang sering terjadi adalah terjadinya  penyimpangan. Adapun hal-hal yang sering terjadi adalah karena  ketidakmampuan seorang penyampai pesan dalam: 
- Berkomunikasi Sesuai Tingkatan Bahasa Para Pendengarnya
Seorang  pedagang makanan yang hanya lulusan SMP tentunya akan kesulitan  mengerti pembicaraan seorang sarjana teknik yang berbicara menggunakan  istilah-istilah tekniknya.
- Mengerti Keinginan Arah Pembicaraan Dari Para Pendengarnya
Sekelompok  remaja SMA tentunya wajar jika tidak tertarik pada pembicaraan mengenai  permasalahan bagaimana merawat dan mendidik balita yang disampaikan  seorang ibu rumah tangga.
- Mengerti Kelas Sosial Para Pendengarnya
Sekelompok petani didesa tentunya tidak mengerti dan tidak tertarik pada pembicaraan seorang pialang mengenai perdagangan saham.
- Memahami Latar Belakang Serta Nilai-Nilai yang Dipegang Teguh Para Pendengarnya
Seorang ahli presentasipun akan sangat kesulitan menembus dan merubah "kekebalan"  (kekeras-kepalaan) pendapat seorang individu apalagi kelompok  masyarakat yang mengkonsumsi makanan pokok nasi menjadi gandum, kentang  atau lainnya walaupun didukung "bukti-bukti dan alasan yang kuat dan benar".
Kepemimpinan
Kepemimpinan  adalah proses memengaruhi atau memberi contoh oleh pemimpin kepada  pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Cara  alamiah mempelajari kepemimpinan adalah "melakukanya dalam kerja" dengan  praktik seperti pemagangan pada seorang senima ahli, pengrajin, atau  praktisi. Dalam hubungan ini sang ahli diharapkan sebagai bagian dari peranya memberikan pengajaran/instruksi.
1. Tipe Kepemimpinan Kharismatis
Tipe  kepemimpinan karismatis memiliki kekuatan energi, daya tarik dan  pembawaan yang luar biasa untuk mempengaruhi orang lain, sehingga ia  mempunyai pengikut yang sangat besar jumlahnya dan pengawal-pengawal  yang bisa dipercaya. Kepemimpinan kharismatik dianggap memiliki kekuatan  ghaib (supernatural power) dan kemampuan-kemampuan yang superhuman,  yang diperolehnya sebagai karunia Yang Maha Kuasa. Kepemimpinan yang  kharismatik memiliki inspirasi, keberanian, dan berkeyakinan teguh pada  pendirian sendiri. Totalitas kepemimpinan kharismatik memancarkan  pengaruh dan daya tarik yang amat besar.
2. Tipe Kepemimpinan Paternalistis/Maternalistik
Kepemimpinan  paternalistik lebih diidentikkan dengan kepemimpinan yang kebapakan  dengan sifat-sifat sebagai berikut: (1) mereka menganggap bawahannya  sebagai manusia yang tidak/belum dewasa, atau anak sendiri yang perlu  dikembangkan, (2) mereka bersikap terlalu melindungi, (3) mereka jarang  memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengambil keputusan sendiri,  (4) mereka hampir tidak pernah memberikan kesempatan kepada bawahan  untuk berinisiatif, (5) mereka memberikan atau hampir tidak pernah  memberikan kesempatan pada pengikut atau bawahan untuk mengembangkan  imajinasi dan daya kreativitas mereka sendiri, (6) selalu bersikap maha  tahu dan maha benar.
Sedangkan tipe  kepemimpinan maternalistik tidak jauh beda dengan tipe kepemimpinan  paternalistik, yang membedakan adalah dalam kepemimpinan maternalistik  terdapat sikap over-protective atau terlalu melindungi yang sangat menonjol disertai kasih sayang yang berlebih lebihan.
3. Tipe Kepemimpinan Militeristik
Tipe  kepemimpinan militeristik ini sangat mirip dengan tipe kepemimpinan  otoriter. Adapun sifat-sifat dari tipe kepemimpinan militeristik adalah:  (1) lebih banyak menggunakan sistem perintah/komando, keras dan sangat  otoriter, kaku dan seringkali kurang bijaksana, (2) menghendaki  kepatuhan mutlak dari bawahan, (3) sangat menyenangi formalitas,  upacara-upacara ritual dan tanda-tanda kebesaran yang berlebihan, (4)  menuntut adanya disiplin yang keras dan kaku dari bawahannya, (5) tidak  menghendaki saran, usul, sugesti, dan kritikan-kritikan dari bawahannya,  (6) komunikasi hanya berlangsung searah.
4. Tipe Kepemimpinan Otokratis (Outhoritative, Dominator)
Kepemimpinan  otokratis memiliki ciri-ciri antara lain: (1) mendasarkan diri pada  kekuasaan dan paksaan mutlak yang harus dipatuhi, (2) pemimpinnya selalu  berperan sebagai pemain tunggal, (3) berambisi untuk merajai situasi,  (4) setiap perintah dan kebijakan selalu ditetapkan sendiri, (5) bawahan  tidak pernah diberi informasi yang mendetail tentang rencana dan  tindakan yang akan dilakukan, (6) semua pujian dan kritik terhadap  segenap anak buah diberikan atas pertimbangan pribadi, (7) adanya sikap  eksklusivisme, (8) selalu ingin berkuasa secara absolut, (9) sikap dan  prinsipnya sangat konservatif, kuno, ketat dan kaku, (10) pemimpin ini  akan bersikap baik pada bawahan apabila mereka patuh.
5. Tipe Kepemimpinan Laissez Faire
Pada  tipe kepemimpinan ini praktis pemimpin tidak memimpin, dia membiarkan  kelompoknya dan setiap orang berbuat semaunya sendiri. Pemimpin tidak  berpartisipasi sedikit pun dalam kegiatan kelompoknya. Semua pekerjaan  dan tanggung jawab harus dilakukan oleh bawahannya sendiri. Pemimpin  hanya berfungsi sebagai simbol, tidak memiliki keterampilan teknis,  tidak mempunyai wibawa, tidak bisa mengontrol anak buah, tidak mampu  melaksanakan koordinasi kerja, tidak mampu menciptakan suasana kerja  yang kooperatif. Kedudukan sebagai pemimpin biasanya diperoleh dengan  cara penyogokan, suapan atau karena sistem nepotisme. Oleh karena itu  organisasi yang dipimpinnya biasanya morat marit dan kacau balau.
6. Tipe Kepemimpinan Populistis
Kepemimpinan  populis berpegang teguh pada nilai-nilai masyarakat yang tradisonal,  tidak mempercayai dukungan kekuatan serta bantuan hutang luar negeri.  Kepemimpinan jenis ini mengutamakan penghidupan kembali sikap  nasionalisme.
7. Tipe Kepemimpinan Administratif/Eksekutif
Kepemimpinan  tipe administratif ialah kepemimpinan yang mampu menyelenggarakan  tugas-tugas administrasi secara efektif. Pemimpinnya biasanya terdiri  dari teknokrat-teknokrat dan administratur-administratur yang mampu  menggerakkan dinamika modernisasi dan pembangunan. Oleh karena itu dapat  tercipta sistem administrasi dan birokrasi yang efisien dalam  pemerintahan. Pada tipe kepemimpinan ini diharapkan adanya perkembangan  teknis yaitu teknologi, indutri, manajemen modern dan perkembangan  sosial ditengah masyarakat.
8. Tipe Kepemimpinan Demokratis
Kepemimpinan  demokratis berorientasi pada manusia dan memberikan bimbingan yang  efisien kepada para pengikutnya. Terdapat koordinasi pekerjaan pada  semua bawahan, dengan penekanan pada rasa tanggung jawab internal (pada  diri sendiri) dan kerjasama yang baik. kekuatan kepemimpinan demokratis  tidak terletak pada pemimpinnya akan tetapi terletak pada partisipasi  aktif dari setiap warga kelompok.
Kepemimpinan  demokratis menghargai potensi setiap individu, mau mendengarkan nasehat  dan sugesti bawahan. Bersedia mengakui keahlian para spesialis dengan  bidangnya masing-masing. Mampu memanfaatkan kapasitas setiap anggota  seefektif mungkin pada saat-saat dan kondisi yang tepat.
Perubahan Organisasi  
Perubahan  suatu organisasi baik yang direncanakan dan yang tidak direncanakan  pada dasarnya dilakukan demi keberlangsungan organisasi yang itu  sendiri. Perubahan yang terjadi tentunya dipengaruhi oleh faktor-faktor  internal dan eksternal. Dampaknya pun bersifat internal dan eksternal.  Suatu perubahan memiliki tingkatan, antara lain perubahan pada tingkat  organisasi secara keseluruhan. Tipologi perubahan organisasi juga  mengenal 4 bentuk, yaitu perubahan internal yang direncanakan, perubahan  eksternal yang direncanakan, perubahan internal yang tidak  direncanakan, perubahan eksternal yang tidak direncanakan. Akhirnya,  kondisi lingkungan seperti pasar, tenaga kerja, perburuhan, dan campur  tangan pemerintah juga berperan dalam terjadinya perubahan organisasi.
Proses Perubahan Organisasi
Proses  perubahan organisasi adalah konsep daur hidup atau life cycle.  Organisasi mengalami proses kelahiran pertumbuhan, berkembang,  kematangan, kemunduran dan akhirnya mengalami kematian sebagaimana dalam  semua sistem biologi dan sistem sosial. Fase-fase perkembangan  organisasi juga memiliki sifat kuantitatif dan kualitatif yang merupakan  indikator “mati-hidup” suatu organisasi.
Organisasi  juga harus melihat arah perubahan lingkungan yang pasti dan yang tidak  pasti. Artinya, organisasi adaptif atas perubahan yang terjadi pada  lingkungan di sekitarnya. Oleh karena itu, suatu organisasi haruslah  mengembangkan strategi dalam mengadaptasi perubahan lingkungan, termasuk  strategi dalam melakukan kontrol terhadap lingkungan. Untuk ini perlu  kiranya merencanakan perubahan organisasi, termasuk di dalamnya  mengembangkan organisasi.
Adapun dari Proses Perubahan, yaitu :
1.      Mengadakan Pengkajian.
2.      Mengadakan Identifikasi.
3.      Menetapkan Perubahan.
4.      Menentukan Strategi.
5.      Melakukan Evaluasi. 
Jenis Perubahan
1.      Jangka pendek
-          Mikro : perubahan tingkat perorangan - sikap.
-          Makro : perubahan akibat revolusi internet - merubah penyebaran informasi.
-          Intermediate : perubahan nilai dan norma - kelompok melakukan perubahan pola kerja.
2.       Jangka panjang
-          Mikro : perubahan perorangan dari sikap menjadi kebiasaan.
-          Makro : penemuan baru jangka panjang – perubahan sosio cultural meningkatkan pengetahuan, perubahan taraf kesejahteraan.
-          Intermediate : perubahan nilai/norma – menjadi menetap.
Pengembangan Organisasi
Pengembangan  organisasi (PO) sebagai suatu disiplin perubahan perencanaan yang  menekankan pada penerapan ilmu pengetahuan dan praktek keperilakuan  untuk membantu organisasi-organisasi mencapai efektivitas yang lebih  besar. Para manajer dan staf ahli harus bekerja dengan dan melalui  orang-orang untuk melaksanakan tugas-tugas mereka dan PO dapat membantu  mereka membentuk hubungan yang efektif di antara mereka. Di dalam  menghadapi akselerasi perubahan yang semakin cepat, PO diperlukan untuk  bisa mengatasi konsekuensi-konsekuensi dari perubahan tersebut.
Sejarah  pengembangan organisasi ditunjukkan oleh lima latar belakang / batang :  pelatihan laboratorium, umpan balik survei, riset tindakan,  produktivitas dan kualitas kehidupan kerja, serta perubahan strategik.  Pertumbuhan yang berkelanjutan di dalam sejumlah deversitas pendekatan  PO, praktisi, dan keterlibatan organisasi membuktikan sehatnya suatu  disiplin dan menawarkan suatu prospek yang menguntungkan di waktu  mendatang.
Para Pelaku Pengembangan Organisasi
Pengembangan  organisasi (PO) diterapkan kepada tiga jenis manusia : spesialisasi  individu di dalam PO sebagai profesi, orang-orang dari lapangan terkait  yang telah mencapai sejumlah kompetensi di dalam PO, dan para manajer  yang memiliki keahlian PO yang diperlukan untuk perubahan dan  mengembangkan organisasi atau departemen mereka.
Peranan  profesional PO dapat diterapkan terhadap konsultan internal, yang  memiliki organisasi yang sedang mengalami perubahan, dan terhadap  konsultan eksternal yang menjadi anggota universitas dan perusahaan  konsultan atau bekerja sendiri, serta terhadap anggota tim konsultan  internal-eksternal. Peranan PO akan dideskripsikan secara tepat didalam  istilah marjinalitas. Orang-orang yang berorientasi pada marjinalitas  nampak khususnya beradaptasi untuk peran PO, karena mereka dapat menjaga  kenetralan dan objektivitas serta mengembangkan solusi yang integratif  yang mengakurkan titik pandang antara departemen-departemen oposisi.  Sementara peranan PO di masa lalu telah dideskripsikan sebagai ujung  klien dari suatu kontinum mulai dari fungsi clien-centered kepada  consultant-centered. Pengembangan intervensi baru dan beraneka ragam  telah menggeser peranan profesional PO meliputi keseluruhan rentang dari  kontinum tersebut.
GO PUBLIK
Yang di maksud GO PUBLIK adalah kita membuka pintu untuk masyarakat  / investor yang ingin berinvestasi. Perusahaan yang sudah GO PUBLIK  disebut dengan Perusahaan Terbuka. Contoh sederhananya adalah perusahaan  waralaba yang mengajak masyarakat / investor untuk menanam saham atau  membuka franchise.
Jadi  untuk mengembangkan organisasi / perusahaan kita, kita bisa  melakukannya dengan salah satu cara diatas bahkan bisa dengan ketiganya.
Sumber:
Dasar-dasar organisasi / oleh Sutarto - Cet.18 - Yogyakarta Gajah Mada University Press, 1998
 http://trimaaja.blogspot.com/




 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar