Kerak Bumi-litosfer yang terpecah-pecah menjadi sejumlah lempeng besar dan kecil adalah bagian paling luar planet Bumi tempat kita hidup yang sekaligus dapat kita saksikan kulit terluarnya baik berupa pegunungan, lembah, gunungapi atau dasar samudera. Kerak Bumi ini bergerak ke sana ke mari, saling beradu, berpapasan, atau menjauh satu dengan yang lainnya digerakkan oleh material mantel yang bergerak secara konveksi di dalam lapisan astenosfer, bagian mantel Bumi paling luar. Dengan cara dan mekanisme seperti itulah, benua-superbenua atau samudera-supersamudera terbentuk atau musnah sepanjang sejarah Bumi sampai sekarang.
Afrika, sebuah benua di atas globe Bumi, saat ini sedang mengalami peretakan benua yang terbesar di dunia, para ahli sering menyebutnya sebagai Lembah Retakan Besar (Great Rift Valley) Afrika Timur karena bagian timur Afrika saat ini sedang memisahkan diri dari sisa Afrika lainnya. Lembah Retakan Besar Afrika Timur ini adalah sebuah gejala fragmentasi benua melalui peretakan benua (continental rifting) yang kelak akan memusnahkan benua melalui pembentukan samudera. Tidak hanya di Afrika Timur, retakan benua ini juga menerus ke Asia Barat sehingga kita sebut saja Lembah Retakan Besar Afrika-Timur – Asia Barat.
Panjang keseluruhan Lembah Retakan ini adalah sekitar 5000 km dari Mozambik di Afrika sebelah tenggara sampai Siria di Asia Baratdaya. Pembukaan Lembah Retakan Besar ini telah dimulai sejak 50 juta tahun yang lalu. Ada di dalam jalur Lembah Retakan Besar ini antara lain: Danau Tanganyika (salah satu danau terbesar di dunia), Danau Malawi, Laut Merah (di sini telah terjadi pembukaan samudera), Laut Mati, Sungai Yordan dan Danau Galilea di Israel-Palestina. Bahwa Lembah Retakan Besar ini masih aktif membelah Afrika Timur dan Asia Baratdaya, dibuktikan oleh aktivitas tektonik dan volkanisme hingga kini. Misalnya, pada tahun 2005, hanya dalam dua hari tiba-tiba di Ethiopia, yang duduk di jalur ini, terbentuk retakan sepanjang 60 km selebar 6 meter. Juga semua episentrum gempa di Afrika Timur dan Asia Baratdaya berkonsentrasi di jalur Lembah Retakan Besar ini.
Popularitas Gunung Nyiragongo (3470 m dpl) ini adalah karena gunungapi aktif ini memiliki kawah berisi lava mendidih terbesar di dunia dengan temperatur sekitar 1200 C. Lebar kawah sekitar 1,7 km, dalam 250 meter, diperhitungkan diisi oleh sekitar 282 juta kaki kubik lava mendidih yang datang dari kantong magma di bawah kawah ini. Kawah superpanas ini dikelilingi oleh dinding batuan lava lama setinggi 15 meter.
Nyiragongo telah terbukti maut untuk penduduk Kongo yang tinggal di bawah gunungapi ini. Saat terjadi erupsi, kolom-kolom tinggi lava pijar sering dilemparkan ke langit dan jatuh menimpa kota/desa di sekitarnya, atau kawah lavanya meluap, membobol pagar dindingnya dan membanjiri kota/desa di bawahnya. Pada 17 Januari 2002, setelah berbulan-bulan dilanda gempa kecil, Gunung Nyiragongo meletus melemparkan 8 milyar galon lava membanjiri desa/kota Goma yang jauhnya hampir 15 km dari gunung. Lava pijar dan lahar panas menhancurkan 15 % kota, membuat 120.000 penduduk Goma kehilangan rumah, mengungsikan sebanyak 400.000 penduduk. Saat ini setengah juta penduduk Goma hidup di bawah bayang-bayang maut Nyiragongo.
didorong rasa ingin tahu yang besar dan keberanian, delapan orang pecinta gunungapi dari the Geneva Volcanology Society turun ke dasar kawah Nyiragongo. Diceritakan bahwa kedelapan orang ini sejak masa kecilnya telah terinspirasi sebuah film tahun 1960, “The Devil’s Blast” besutan Haroun Tazieff, ahli gempa dan gunungapi terkenal kala itu, yang merupakan film dokumen pertama tentang kawah Nyiragongo. Saat mereka turun ke kawah Nyirangongo tentu rata-rata dari mereka telah berusia 40 tahunan. Itulah yang namanya obsesi masa kecil, usia tak cukup untuk menghalanginya. Sebelum merambah Nyirangongo mereka berbulan-bulan sebelumnya telah mengikuti berbagai pelatihan. Pemimpin rombongan adalah Dario Tedesco, seorang ahli gunungapi dari pos pengamatan gunungapi di Goma, dibantu dua pemandu gunung, fotografer dan sejumlah porter yang membawakan barang-barang para pelancong dan peneliti seberat hampir 600 kg.
Perjalanan menyambangi Nyiragongo ini berlangsung selama 12 hari. Selain berhasil memenuhi fantasi masa kecilnya, kedelapan orang ini juga telah mengumpulkan berbagai sampel gas volkanik, lava dan memasang berbagai peralatan untuk memantau aktivitas Nyiragongo demi keselamatan penduduk Goma. Selama sepuluh hari, para pelancong/peneliti ini memasang tenda di ketinggian 120 meter pada ceruk lava lama, di atas dapur lava yang mendidih sepanas 1200 C. Tenda-tenda mereka dirikan berbagi dengan hembusan gas-gas volkanik dari berbagai retakan di tanah lava dan meskipun di atas ketinggian 3000 m mereka tak mengalami dingin sebab radiasi dari dapur lava yang mendidih 120 meter di bawah mereka membuatnya hangat. Setelah menyaksikan kondisi selama tujuh hari dan dirasakan aman, beberapa dari mereka turun ke dasar kawah sedekat mungkin dengan lava yang sedang mendidih menggunakan pakaian khusus. Beruntung, Nyiragongo saat-saat itu cukup bersahabat kepada para
pecintanya, hanya beberapa lava pijar dilontarkannya.
Akhirnya mereka semua selamat keluar dari dapur kawah itu dan turun kembali ke Goma. Mereka menyimpulkan bahwa selama lava tetap di dasar kawah, Nyiragongo adalah fenomena alam yang menakjubkan sekaligus mendebarkan. Tetapi saat Nyiragongo mengamuk, melemparkan dan menumpahkan semua lava yang dikandungnya maka ia adalah penebar maut, pembunuh tak kenal rasa kasihan. USGS membantu Kongo memantau aktivitas gunungapi paling aktif di retakan benua paling besar di dunia ini.
Sumber : http://www.blogberbagi.com/2012/03/gunung-nyiragongo-kawah-lava-terbesar.html#ixzz2Ax1ofXHX
Tidak ada komentar:
Posting Komentar