PENANGGALAN Sunda kuno memang sudah mulai dikenalkan sejak 6 tahun lalu oleh kalangan pencinta kasundaan atau komunitas kabuyutan Sunda. Namun hingga sekarang, masyarakat Sunda masih banyak yang belum mengenal betul tentang keberadaan kalender Sunda. Dari dulu hingga sekarang hanya kalangan orang tua tertentu yang biasa menggunakannya untuk menentukan hari baik suatu acara syukuran.
Kalender Sunda memiliki dua belas bulan sama dengan kalender Masehi, namun nama-namanya yang beda. Jumlah hari dalam setiap minggunya pun sama ada tujuh hari, tapi namanya punya namanama sendiri. Namun dalam setiap bulannya, bulan pada kalender Sunda tidak ada yang memiliki di atas 30 hari. Jumlah hari dalam bulan kalender Sunda hanya sampai 30 hari atau 29 hari.
Adapun penamaan bulannya terdiri dari Kartika, Margasira, Posya, Maga, Palaguna, Setra, Wesaka, Yesta, Asada, Srawana, Badra, dan Asuji. Sedangkan penamaan harinya terdiri dari Radite (Minggu), Soma (Senin), Anggara (Selasa), Buda (Rabu), Respati (Kamis), Sukra (Jumat), Tumpek (Sabtu).
Perbedaan lain yang terlihat pada kalender Sunda adalah tanggalnya. Karena dalam penanggalannya hanya menggunakan angka 1 sampai 15. Sehingga pada satu bulan itu tampak ada pengulangan angka untuk tanggalnya, setelah tanggal 15 kembali ke tanggal 1. Namun pada setiap dibelakang angkanya diberi tanda huruf S untuk tanggal 1-15 di awal bulan, dan tanggal 115 selanjutnya diberi huruf K.
"Soal tanggal yang diberi tanda S dan K itu dikarenakan penanggalannya mengacu pada dua perhitungan, yakni bulan dan matahari. Tanda S artinya Suklapaksa atau paro caang, dan K artinya Kresnapaksa atau paro poek," kata Budi Dalton, penasehat acara Perayaan Tahun Baru Sunda 1948 Saka kepada wartawan saat jumpa pers di Gedung Indonesia Menggugat (GIM), Rabu (2/11).
Selain itu dikatakan Budi, pada kalender Sunda yang dirintis penelitiannya oleh putra kelahiran Bandung, almarhum abah Ali Sastramidjaja, pergantian hari dan tanggalnya bukan pada malam hari seperti pada penanggalan Masehi. Pergantian hari pada pertanggalan Sunda terjadi pada sore hari atau sekitar pukul 18.00.
"Acuan awal tahunnya pun mengacu pada tahun Saka. Sehingga sekarang ini kalendernya pada tahun 2011 tanggal 4 November nanti baru menginjak pada tahun baru 1948, atau lengkapnya tanggal 1, bulan Kartika, tahun 1948," jelasnya.
Meski belum banyak yang tahu apalagi menggunakan, komunitas kabuyutan Sunda selama enam tahun ini tak pernah berhenti membuat kalender Sunda setiap tahunnya untuk dibagikan secara gratis.
Penerbitan kalender Sunda yang merupakan upaya meneruskan hasil kerja keras Abah Ali itu dikatakan Koordinator Perayaan Tahun Baru Sunda 1948 Saka, Dadang Hermawan yang akrab disapa Mang Utun, sudah mendapat pengakuan dari raja-raja seNusantara. Bahkan Kerajaan Kelantan, Malaysia pun sudah mengakui keberadaan kalender Sunda yang akurat.
"Kami jadi bangga karena Kerajaan Malaysia pun mengakui keberadaan kalender Sunda ini," kata Utun kepada wartawan di GIM, Rabu (2/11).
Menurut Utun, pengakuan keberadaan kalender Sunda tersebut dilakukan oleh keturunan ketujuh dari Sri Ratu Puteri Sadong, Raja Kelantan Malaysia, yakni Raja Tengku Putri Anis Raja Sazali, pada tahun 2010. Ketika itu Raja Tengku Putri Anis Raja Sazali menghadiri acara pertemuan Raja dan Sultan se- Nusantara.
"Kerajaan Malaysia itu mengakui keberadaan kalender Sunda karena merasa masih satu keturunan, sebagai keturunan Sunda Besar juga, sebelum masa kolonial," ujar Utun.
Untuk lebih mengenalkan kalender Sunda kepada masyarakat Sunda, Utun bersama gabungan komunitas pencinta kasundaan yang menamakan diri sebagai komunitas kabuyutan Sunda akan menggelar berbagai acara di berbagai daerah sebagai bentuk perayaan tahun baru Sunda. Acara akan dimulai tepat pada hari pergantian tahun baru, atau pada Jumat (4/11) di samping timur Gedung Merdeka, Jalan Cikapundung Timur.
Acara pembuka perayaan tahun baru Sunda itu akan dihadiri penyanyi ternama asal Bandung, Trie Utami yang akan memberikan pangjajap (pembuka). Kemudian dilanjutkan dengan acara Pasaduan (syukuran), simbolisasi ritual 'ngalarung' di Sungai Cikapundung, serta dimeriahkan dengan seni tradisional Subang, Gembyung.
Selain itu akan digelar pula pertemuan dan diskusi bersama tokoh-tokoh astronomi di Rumah Makan Sapulidi Jalan Cihampelas pada 9 November. Kemudian digelar pergelaran seni Sunda di Padepokan Loka Gandasasmita di Garut pada 10 November. Pada 11 November akan digelar acara seni budaya di dua tempat yakni di Cilauteureun, Garut berupa Ngaruat Jagat, dan Hajat Lembur di Ciparay, Kabupaten Bandung.
Tak hanya itu, perayaan tahun baru Sunda juga akan menggelar Bandung Death Festival di Lapangan Pussenkav, Jalan Turangga, pada 20 November. Kemudian 23 November akan digelar pergelaran seni budaya di Negara Banceuy, Subang. Sedangkan puncaknya akan digelar pada 26 November 2011.
"Untuk acara puncak, tempatnya masih belum dipastikan. Kemungkinannya akan digelar di Kabupaten Bandung atau Kota Bandung," kata Utun.
Sejumlah seniman dan budayawan Sunda akan merayakan tahun baru kalender Sunda yang jatuh pada hari Jumat (4/11/2011) dengan berbagai kegiatan. Perayaan ditandai dengan melarung di Sungai Cikapundung.
Koordinator kegiatan Dadang Hermawan mengatakan, perayaan akan diawali syukuran di kawasan Cikapundung timur. Rencananya, penyanyi asal Bandung Tri Utamie akan ikut menghadiri acara perayaan tahun baru kalender Sunda tersebut.
"Tahun baru 1948 saka akan jatuh pada tanggal 4 November. Untuk merayakannya, kita akan gelar syukuran, ditandai dengan melarung di Cikapundung," kata Dadang di Gedung Indonesia Menggugat, Jalan Perintis Kemerdekaan Kota Bandung, Rabu (2/11/2011).
Dadang menjelaskan, selain syukuran, kegiatan perayaan tahun baru pun akan digelar di beberapa tempat. Di antaranya di Ciparay dan Cilauteureun.
"Tanggal 9 November akan ada pertemuan para ahli astronomi yang diinisiasi Disbudpar Jabar dan tanggal 11 November ada syukuran di Ciparay. Di sana ada acara hajat lembur," jelas Dadang.
Tak hanya itu, tambahnya, pada tanggal 20 November akan digelar kegiatan Bandung Death Metal Festival. Festival itu dinilainya saat yang tepat mengenalkan kalender sunda kepada generasi muda.
"Mayoritas anak muda Bandung sangat suka metal. Makanya di sini akan disosialisasikan kalender Sunda. Mudah-mudahan ada kesadaran budaya dari generasi muda," tandasnya
Kalender Sunda yang mulai dipopulerkan kembali oleh para seniman dan budayawan Sunda, diklaim memiliki perhitungan lebih akurat dibanding kalender lain.
Penasehat kegiatan perayaan tahun baru Sunda Budi Dalton mengatakan, pihaknya ingin mengenalkan kembali sistem perhitungan Sunda kepada masyarakat. Apalagi kalender tersebut sudah diakui kalangan akademisi.
"Kalender Sunda hasil perhitungan Abah Ali Sastramidjaja sudah diakui sebagai kalender tertua di Nusantara, bahkan sudah diseminarkan di tingkat internasional. Kalender ini pun sudah ditetapkan sebagai kalender paling akurat di Solo," jelas Budi Dalton di Gedung Indonesia Menggugat, Jalan Perintis Kemerdekaan Kota Bandung, Rabu (2/11/2011).
Seperti kalender pada umumnya, sistem penanggalan Sunda pun terdiri dari 12 bulan. Yakni Kartika, Margasira, Posya, Maga, Palguna, Setra, Wesaka, Yesta, Asada, Arawana, Badra, dan Asuji. Dalam sebulan, terdiri dari 29 atau 30 hari.
"Penentuan tanggalnya berdasarkan kala edar bulan dan matahari. Dalam sebulan pun dibagi dua, yang disebut paro caang dan paro poek. Sementara dalam seminggu ada 7 hari, yaitu Radite, Soma, Anggara, Buda, Respati, Sukra, dan Tumpek," jelas dosen Jurusan Seni Musik Unpas itu.
.
Kalender hasil perhitungan karuhun Sunda ternyata diakui keakuratannya oleh Kerajaan Kelantan Malaysia. Bahkan mereka akan mengadakan perayaan tahun baru Sunda dalam waktu dekat.
"Mereka mengakui perhitungan kalender Sunda. Bahkan di sana bakal ada perayaan tahun baru kalender Sunda," ujar koordinator acara Tahun Baru Kalender Sunda Dadang Hermawan di Gedung Indonesia Menggugat Jalan Viaduct, Rabu (2/11/2011).
Dadang mengatakan, putri raja Kerajaan Kelantan Raja Tengku Putri Anis Raja Sazali sudah beberapa kali datang ke Bandung untuk menyiapkan perayaan tahun baru itu. "Dia itu turunan ketujuh Sri Ratu Puteri Saadong, Raja Kelantan Malaysia," jelas Dadang.
Bahkan dari hasil penelusuran sejarah, ada dugaan kerajaan Kelantan saat ini masih ada hubungannya dengan karuhun Sunda. Menurut Dadang, bisa jadi mereka masih keturunan Sunda.
"Memang katanya mereka masih keturunan Sunda. Itu tidak heran karena dulu kan wilayah Sunda cukup besar, jadi kemungkinan itu ada," kata Dadang.
Jalan Tirtayasa, Kota Bandung, malam itu tampak temaram. Maklum, di ruas jalan tersebut minim tiang penerangan jalan. Hanya pemilik rumah yang berkenan memasang lampu di luar rumah mereka sehingga area ini tidak gelap total. Di jalan itu, di sebuah rumah bergaya kolonial nomor 34, saya menemui Ir. Roza Rahamjasa Mintaredja. Ia seorang arsitek jebolan Universitas Parahyangan yang gencar menebar benih-benih revolusi bersama Ali Sastramidjaja.
Revolusi yang dilakukan mereka bukanlah revolusi ala Iran tahun 1979 ataupun Revolusi Bolshevik-nya Lenin 1917. Revolusi yang diusung Oca, begitu Roza biasa disapa, dan Bah Ali, panggilan Ali Sastramidjaja, adalah membuat setiap rumah warga Jawa Barat bertengger Kalender Sunda. Sebuah hal yang revolusioner sekaligus radikal karena memapankan sistem penanggalan yang sudah terkubur selama 500 tahun di tengah sistem penanggalan yang sudah sangat mapan seperti Masehi dan Hijriah.
Penemuan kembali/refinding Kala Sunda oleh Bah Ali sangat berpengaruh terhadap penanggalan sejarah atau pun rekonstruksi sejarah. Tapi tentunya, Kala Sunda harus bisa dibuktikan secara ilmiah.
Mengenai hal ini, Oca mengaku, Tim Kala Sunda akan menghadiri Kongres Astronomi dan Astrofisika Nasional pada November mendatang. Langkah selanjutnya, Kala Sunda diharapkan bisa diajukan ke tingkat internasional jika lolos “fit and proper test” bidang kalender. Baik Roza maupun Ali sama-sama yakin Kala Sunda adalah kalender paling akurat sedunia. Mereka pun berani mengadu Kala Sunda dengan kalender lain.
Terkait pembuktian ilmiah ini, sejarawan Universitas Padjadjaran, Nina Herlina Lubis turut angkat bicara. Pada dasarnya, ia salut dengan penemuan Bah Ali ini. Tapi, ia menganjurkan Bah Ali mengajukan penemuannya itu ke Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)/
Permintaan pembuktian secara ilmiah itu timbul lantaran sebagian pihak merasa skeptis dengan penemuan Kala Sunda ini. Skeptisisme ini muncul akibat minimnya bukti yang dijadikan rujukan Kala Sunda. Ali mengaku mendapatkan data dari kakeknya, Atmadiredja, berupa kumpulan tulisan yang berkaitan dengan perbandingan kalender Jawa dan kalender Sunda. Sayangnya, Ali tidak menanyakan kepada kakeknya perihal sumber kumpulan tulisan tersebut. Tapi Ali tetap yakin, kakeknya tidak berbohong.
Adapun T. Djamaluddin, peneliti utama Astronomi dan Astrofisika di Lembaga Antariksa dan Penerbangan (LAPAN) Bandung, mengatakan, patut diduga, sebagian besar aturan Kala Sunda berasal dari interpretasi dan pengembangan Ali Sastraamidjaja. Ia beralasan, budaya tutur yang lebih dominan ketimbang budaya tulis dalam masyarakat tidak memungkinkan lengkapnya alih pengetahuan yang bersifat matematis. Ia merujuk pada ucapan Atmadiredja, “Engke oge kependak ku anjeun,”. Dengan kata lain, Djamaluddin meragukan keotentikan data Atmadiredja.
Selain ada yang skeptis terhadap Kala Sunda, ada juga pihak yang mengapresiasi. Seorang antropolog asal Amerika Serikat, Tylor, mengakui Kala Sunda akurat bahkan bisa disebut kalender yang paling bagus dinatara kalender-kalender buhun di daerah lain. “Isinya lebih komplit dan akurat,” ujarnya. Tylor sebelumnya pernah meneliti beragam kalender kuno di beberapa negara.
Asal Mula Kala Sunda Ditemukan
Cerita penemuan kembali Kala Sunda bermula ketika Ir. C.J Snijders, astronom Belanda, menemukan Pawukon. Pawukon adalah sistem kalender yang mempunyai waktu terukur, seperti wuku yakni penamaan per tujuh hari. Ada 30 nama wuku. Ada juga wara, model penanggalan “mingguan” dari seminggu hanya satu hari hingga seminggu ada yang sepuluh hari.
Kala Sunda hanya menggunakan dua wara, yakni panca wara dan sapta wara. Dengan dua wara ini saja, menurut Roza, Kala Sunda sudah berpenanggalan “stereo” seperti radite-pahing, sukra-kliwon. Seseorang yang lahir pada Senin wage, akan berbeda wataknya dengan orang yang lahir pada Senin-kliwon.
Pawukon adalah bukti adanya manusia tertua di Pulau Jawa. Dalam bukunya Beginselen der Astrologie, Snijders menyebutkan Pulau Jawa dan Kepulauan Indonesia lainnya sudah ada sejak jaman Lemuria atau Pleistoceen, kira-kira sejuta tahun yang lalu. Umurnya pun lebih tua dari daratan Asia sendiri. Jawa dan Kepulauan Indonesia lainnya selamat dari bencana yang menghancurkan Lemuria dan Atlantis di bagian dunia barat sehingga masih utuh sampai saat ini.
Di buku itu juga disebutkan perbandingan umur kalender bangsa-bangsa dunia. Snijders menaksir kalender Quichuas, penduduk asli Meksiko, berumur 15 ribu tahun. Usia kalender Cina 13 ribu tahun, Babilonia 6500 tahun, dan India, yang disebut Surya Sidhanta, berumur 2200 tahun. Adapun Sistem pawukon ini ditaksir berumur 17.183 tahun.
Pawukon adalah bagian dari kalender Sunda. Dengan kata lain, Kalender Sunda adalah kalender tertua di dunia.
Merujuk pada Ensiklopedi Winkler Prince, tingginya suatu peradaban, diukur dari tingkat akurasi penanggalan kalendernya. Secara logis pun, bangsa yang sudah mempunyai sistem kalender – terlebih yang rumit – pasti sudah menguasai aksara, bahasa, ilmu hitung, dan ilmu baca. Dalam konteks Kala Sunda, Ali berpendapat, aksara yang digunakan atau dikuasai adalah Caraka atau Kagangan. Sebelum Ki Sunda membuat tulisan, pasti sudah mengenal bahasa dan tata bahasa yang baku.
Lebih lanjut Ali mengatakan, hal penting dalam bahasa adalah rarangken atau afiks (awalan, akhiran, sisipan, dan majemuk) pada sebuah kata. Menurut perhitungan Ali, kombinasi dari rarangken pada sebuah kata mencapai lebih dari 8 milyar kombinasi dengan angka yang berbeda.
Bahkan, Dalam Penataran Dialetologi Tahap I, Juni-Agustus 1976, Proto Austronesia Etyma cunstituting An Asutronesian Cognate Finder List Dr. Bernd Nothafer, menggambarkan bahwa Proto-Sundic merupakan induk bahasa dari bahasa lain, seperti Melayu, Madura, Bali.
Bukti-Bukti
Di bagian awal sudah sedikit diulas mengenai skeptisme pihak-pihak tertentu terhadap Kala Sunda. Yaitu mengenai keotentikan data Atmadiredja yang dijadikan rujukan Ali dalam penemuan kembali Kala Sunda. No document no history, begitulah idiomnya.
Namun, ada beberapa bukti arkeologis yang mendukung penemuan Kala Sunda. Salah satunya prasasti Sanghyang Tapak di Sukabumi. Prasasti ini dibuat di era Prabu Sri Jayabupati, Raja Sunda pada 952 - 964 Caka Sunda (1045 - 1057 Masehi Julian). Pada batu tulis ini tertera penanggalan lengkap sebagai berikut:
Artinya, cerita Sakalanagara ini jatuh pada abad kedua masehi (122 M). Jika dicocokkan dengan naskah Pangeran Wangsakerta (abad 17), sangat cocok. Apabila cerita Sakalanagara jaman Aki Tirem dan naskah Pangeran Wangsakerta dihubungkan, menurut data Atmadiredja, sangat cocok. Penanggalan Kala Sunda dihitung mundur secara matematik. Tahun pertama merujuk pada saat penyerahan kekuasaan Aki Tirem kepada Puterinya.
Sistem Kala Sunda
Secara umum, Kala Sunda adalah kalender yang menggunakan tiga dimensi. Kalender dengan dimensi solar atau matahari disebut kalender Kala Surya. Candralaka adalah Kala Sunda yang berdimensi lunar atau bulan. Sedangkan kalender dengan dimensi bintang disebut Sukrakala..
Di tanah Sunda, sukrakala disebut palintangan (lintang/bintang/star). Misalnya bintang Kijang turun Kujang yang menandakan persiapan kegiatan dibidang pertanian.
Sampai saat ini , penanggalan Sukra Kala masih digunakan oleh masyarakat Kenekes, Banten. Orang Kanekes menggarap huma dengan melihat kedudukan bintang kijang. Proses penggarapan dapat dilihat dari rumusan di bawah ini (Ekadjati, 1995: 96-97):
Yang paling awal dikenal orang ialah siang dan malam. Siang dan malam menunjukkan ada dan tidak adanya sinar matahari. Hari dimulai dari matahari terbit (± jam 06.00 WIB). Matahari terus naik hingga tengah hari. Selanjutnya, matahari turun lagi sampai terbenam (± jam 18.00 WIB). Setelah itu matahari tak nampak, hari menjadi gelap, disebut malam. Hal ini tentu berbeda dengan sistem Masehi yang memulai hari pada pukul 00.00 dan sistem Hijriah merujuk pukul 18.00 atau ketika matahari terbenam sebagai awal dimulainya hari.
Dalam Kala Surya Sunda, tiga tahun pertama adalah tahun pendek dan tahun keempat adalah tahun panjang. Tapi, setiap tahun yang habis dibagi 128, dijadikan tahun pendek.
Adapun nama-nama bulan dalam Saka Sunda antara lain; (1) Kasa, (2) Karo, (3) Katiga, (4) Kapat, (5) Kalima, (6) Kanem, (7) Kapitu, (8) Kawalu, (9) Kasanga, (10) Kadasa, (11) Hapitlemah, (12) Hapitkayu.
Jumlah hari setiap bulan berselingan, 30 dan 31 hari. Tapi di bulan kedua belas atau Hapitkayu, jika jatuh pada tahun pendek, sebulan ada 30 hari. Sedangkan pada tahun panjang, Hapitkayu berumur 31 hari.
Adapun nama hari dalam Saka Sunda antara lain, Minggu – Radite, Senin – Soma, Selasa – Anggara, Rabu – Buda, Kamis – Respati, Jumat – Sukra, Sabtu – Tumpek.
Ir. Roza Rahamjasa Mintaredja dan Ali Sastramidjaja, pencetus revolusi Kala Sunda (baca bagian pertama), mengatakan Kala Sunda adalah kalender paling akurat sedunia. Kala Sunda mempunyai akurasi 365,2421875 hari per tahun. Menurut standar astronomi internasional, rata-rata hari per tahun adalah 365,24218575. Jadi selisihnya 0.0000125 hari per tahun rata-rata.
Dalam perkembangannya, satuan astronomi yang baru, tanggal 1 Januari 2000, umur rata-rata per tahun adalah 365.24218967 hari per tahun. Masih menggunakan angka yang sama dalam Kala Surya Sunda, selisihnya adalah 0.000000217 hari per tahun. Ketepatannya 460.830 tahun. Adapun selisih /penyimpangan dalam kalender Masehi Gregorian 0.0003 per tahun.
Namun perihal akurasi ini, T.Djamaluddin, Profesor Riset Astronomi Dan Astrofisika LAPAN Bandung, berpendapat, hal tersebut tidak membanggakan karena secara astronomis tidak bermakna keunggulan. Ia menambahkan, kalender Masehi pun bisa menggunakan koreksi setiap 128 tahun. Secara matematis, mudah dihitung koreksi berapa tahun yang harus dilakukan untuk mendapatkan tingkat akurasi tertentu. “Apakah angka 128 asli aturan Kala Sunda atau hasil hitungan matematika abad 20?,” tuturnya. Lebih lanjut Djamaluddin menjelaskan dalam kajian kalender, hal yang harus diperhatikan adalah segi kemudahan sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan keseharian.
Pada tahun Masehi, tahun kabisat yang harus dihilangkan dari aturan Julian adalah tahun kelipatan 100 yang tidak habis dibagi 400. Misalnya 1700, 1800, 1920, dan 2048. Tentunya angka kelipatan 100 lebih mudah diingat daripada angka kelipatan 128 tersebut. “Angka akurasi bukanlah ukuran keunggulan suatu sistem kalender,” ujarnya.
Perhitungan Kala Candra
Selain memakai dimensi matahari atau solar, Kala Sunda juga memakai dimensi lunar atau bulan yang disebut Kala Candra. Meski sama-sama memakai sistem lunar, Kala Sunda berbeda dengan penanggalan Hijriah. Satu bulan dalam Kala Candra dibagi dua, bagian terang dan bagian gelap.
Bagian terang disebut paro caang atau suklapaksa. Sedangkan bagian gelap disebut paro poek atau kresnapaksa. Paro caang dihitung sejak bulan terlihat setengah sampai purnama lalu kembali ke semula (setengah bulat/penuh). Paro poek dihitung ketika bulan terlihat setengah sampai ke hilang bulan/gelap/tidak ada bulan/gelap bulan dan kembali lagi ke awal.
Paro caang lamanya 15 hari, sedangkan paro poek 14-15 hari. Jadi tidak ada tanggal 16 dalam Kala Candra. Setelah tanggal 15, hari berikutnya adalah awal bulan baru yaitu tanggal 1. Jika pada kalender Hijriah purnama jatuh pada tanggal 15, di Kala Candra purnama jatuh pada 7 atau 8 Parocaang/Suklapaksa.
Paro caang dan paro poek ini tak lepas dari kritik. Banyak yang memandang paro caang (suklapaksa) dan paro poek (kresnapaksa) adalah tradisi India.
Suklapaksa berasal dari Bahasa Sansekerta, sukla berarti terang, dan paksha berarti setengah bulan. T. Djamaluddin menerangkan suklapaksa dalam tradisi Hindu bermakna rentang 15 hari pertama saat bulan makin terang, sejak bulan baru sampai bulan purnama. Sedangkan Kresnapaksa (krishna berarti gelap dan phaksa berarti setengah) bermakna setengah bulan berikutnya saat bulan makin gelap, dari purnama sampai bulan mati.
Konsep suklapaksa (shuklapaksha) dan kresnapaksa (krishnapaksha) kini masih digunakan pada kalender Hindu di India. Kalender ini disebut Pachang.
Namun, Ali menangkas kritik tersebut. Menurutnya, dalam penanggalan India tidak dikenal istilah Pancawara (wuku). Sementara, ada penanggalan yang menyebutkan pancawara ini, salah satunya prasasti Sanghyang Tapak. Jelas, penanggalan yang tertera dalam naskah dan prasasti itu memakai Kala Sunda, bukan Kala Saka India. Roza menambahkan, Kala Saka India memakai sistem solar, sementara Kala Sunda, dalam konteks suklapaksa dan kresna paksa memakai sistem lunar.
Dari uraian Kala Sunda ini, terlepas dari kontroversinya, Kala Sunda menambah khasanah kita mengenai sistem penanggalan Nusantara.
Sumber:
http://jabar.tribunnews.com/read/artikel/120581/kalender-sunda-diakui-kerajaan-kelantan
http://kolomkita.detik.com/baca/artikel/33/2127/mengenal_penanggalan_kala_sunda_bagian_i
http://kolomkita.detik.com/baca/artikel/33/2128/penanggalan_kala_sunda_bagian_ii_
http://inug.tripod.com/Kala.htm
http://www.inilahjabar.com/read/detail/1792112/kalender-sunda-diklaim-lebih-akurat
Kalender Sunda memiliki dua belas bulan sama dengan kalender Masehi, namun nama-namanya yang beda. Jumlah hari dalam setiap minggunya pun sama ada tujuh hari, tapi namanya punya namanama sendiri. Namun dalam setiap bulannya, bulan pada kalender Sunda tidak ada yang memiliki di atas 30 hari. Jumlah hari dalam bulan kalender Sunda hanya sampai 30 hari atau 29 hari.
Adapun penamaan bulannya terdiri dari Kartika, Margasira, Posya, Maga, Palaguna, Setra, Wesaka, Yesta, Asada, Srawana, Badra, dan Asuji. Sedangkan penamaan harinya terdiri dari Radite (Minggu), Soma (Senin), Anggara (Selasa), Buda (Rabu), Respati (Kamis), Sukra (Jumat), Tumpek (Sabtu).
Perbedaan lain yang terlihat pada kalender Sunda adalah tanggalnya. Karena dalam penanggalannya hanya menggunakan angka 1 sampai 15. Sehingga pada satu bulan itu tampak ada pengulangan angka untuk tanggalnya, setelah tanggal 15 kembali ke tanggal 1. Namun pada setiap dibelakang angkanya diberi tanda huruf S untuk tanggal 1-15 di awal bulan, dan tanggal 115 selanjutnya diberi huruf K.
"Soal tanggal yang diberi tanda S dan K itu dikarenakan penanggalannya mengacu pada dua perhitungan, yakni bulan dan matahari. Tanda S artinya Suklapaksa atau paro caang, dan K artinya Kresnapaksa atau paro poek," kata Budi Dalton, penasehat acara Perayaan Tahun Baru Sunda 1948 Saka kepada wartawan saat jumpa pers di Gedung Indonesia Menggugat (GIM), Rabu (2/11).
Selain itu dikatakan Budi, pada kalender Sunda yang dirintis penelitiannya oleh putra kelahiran Bandung, almarhum abah Ali Sastramidjaja, pergantian hari dan tanggalnya bukan pada malam hari seperti pada penanggalan Masehi. Pergantian hari pada pertanggalan Sunda terjadi pada sore hari atau sekitar pukul 18.00.
"Acuan awal tahunnya pun mengacu pada tahun Saka. Sehingga sekarang ini kalendernya pada tahun 2011 tanggal 4 November nanti baru menginjak pada tahun baru 1948, atau lengkapnya tanggal 1, bulan Kartika, tahun 1948," jelasnya.
Meski belum banyak yang tahu apalagi menggunakan, komunitas kabuyutan Sunda selama enam tahun ini tak pernah berhenti membuat kalender Sunda setiap tahunnya untuk dibagikan secara gratis.
Penerbitan kalender Sunda yang merupakan upaya meneruskan hasil kerja keras Abah Ali itu dikatakan Koordinator Perayaan Tahun Baru Sunda 1948 Saka, Dadang Hermawan yang akrab disapa Mang Utun, sudah mendapat pengakuan dari raja-raja seNusantara. Bahkan Kerajaan Kelantan, Malaysia pun sudah mengakui keberadaan kalender Sunda yang akurat.
"Kami jadi bangga karena Kerajaan Malaysia pun mengakui keberadaan kalender Sunda ini," kata Utun kepada wartawan di GIM, Rabu (2/11).
Menurut Utun, pengakuan keberadaan kalender Sunda tersebut dilakukan oleh keturunan ketujuh dari Sri Ratu Puteri Sadong, Raja Kelantan Malaysia, yakni Raja Tengku Putri Anis Raja Sazali, pada tahun 2010. Ketika itu Raja Tengku Putri Anis Raja Sazali menghadiri acara pertemuan Raja dan Sultan se- Nusantara.
"Kerajaan Malaysia itu mengakui keberadaan kalender Sunda karena merasa masih satu keturunan, sebagai keturunan Sunda Besar juga, sebelum masa kolonial," ujar Utun.
Untuk lebih mengenalkan kalender Sunda kepada masyarakat Sunda, Utun bersama gabungan komunitas pencinta kasundaan yang menamakan diri sebagai komunitas kabuyutan Sunda akan menggelar berbagai acara di berbagai daerah sebagai bentuk perayaan tahun baru Sunda. Acara akan dimulai tepat pada hari pergantian tahun baru, atau pada Jumat (4/11) di samping timur Gedung Merdeka, Jalan Cikapundung Timur.
Acara pembuka perayaan tahun baru Sunda itu akan dihadiri penyanyi ternama asal Bandung, Trie Utami yang akan memberikan pangjajap (pembuka). Kemudian dilanjutkan dengan acara Pasaduan (syukuran), simbolisasi ritual 'ngalarung' di Sungai Cikapundung, serta dimeriahkan dengan seni tradisional Subang, Gembyung.
Selain itu akan digelar pula pertemuan dan diskusi bersama tokoh-tokoh astronomi di Rumah Makan Sapulidi Jalan Cihampelas pada 9 November. Kemudian digelar pergelaran seni Sunda di Padepokan Loka Gandasasmita di Garut pada 10 November. Pada 11 November akan digelar acara seni budaya di dua tempat yakni di Cilauteureun, Garut berupa Ngaruat Jagat, dan Hajat Lembur di Ciparay, Kabupaten Bandung.
Tak hanya itu, perayaan tahun baru Sunda juga akan menggelar Bandung Death Festival di Lapangan Pussenkav, Jalan Turangga, pada 20 November. Kemudian 23 November akan digelar pergelaran seni budaya di Negara Banceuy, Subang. Sedangkan puncaknya akan digelar pada 26 November 2011.
"Untuk acara puncak, tempatnya masih belum dipastikan. Kemungkinannya akan digelar di Kabupaten Bandung atau Kota Bandung," kata Utun.
Sejumlah seniman dan budayawan Sunda akan merayakan tahun baru kalender Sunda yang jatuh pada hari Jumat (4/11/2011) dengan berbagai kegiatan. Perayaan ditandai dengan melarung di Sungai Cikapundung.
Koordinator kegiatan Dadang Hermawan mengatakan, perayaan akan diawali syukuran di kawasan Cikapundung timur. Rencananya, penyanyi asal Bandung Tri Utamie akan ikut menghadiri acara perayaan tahun baru kalender Sunda tersebut.
"Tahun baru 1948 saka akan jatuh pada tanggal 4 November. Untuk merayakannya, kita akan gelar syukuran, ditandai dengan melarung di Cikapundung," kata Dadang di Gedung Indonesia Menggugat, Jalan Perintis Kemerdekaan Kota Bandung, Rabu (2/11/2011).
Dadang menjelaskan, selain syukuran, kegiatan perayaan tahun baru pun akan digelar di beberapa tempat. Di antaranya di Ciparay dan Cilauteureun.
"Tanggal 9 November akan ada pertemuan para ahli astronomi yang diinisiasi Disbudpar Jabar dan tanggal 11 November ada syukuran di Ciparay. Di sana ada acara hajat lembur," jelas Dadang.
Tak hanya itu, tambahnya, pada tanggal 20 November akan digelar kegiatan Bandung Death Metal Festival. Festival itu dinilainya saat yang tepat mengenalkan kalender sunda kepada generasi muda.
"Mayoritas anak muda Bandung sangat suka metal. Makanya di sini akan disosialisasikan kalender Sunda. Mudah-mudahan ada kesadaran budaya dari generasi muda," tandasnya
Kalender Sunda yang mulai dipopulerkan kembali oleh para seniman dan budayawan Sunda, diklaim memiliki perhitungan lebih akurat dibanding kalender lain.
Penasehat kegiatan perayaan tahun baru Sunda Budi Dalton mengatakan, pihaknya ingin mengenalkan kembali sistem perhitungan Sunda kepada masyarakat. Apalagi kalender tersebut sudah diakui kalangan akademisi.
"Kalender Sunda hasil perhitungan Abah Ali Sastramidjaja sudah diakui sebagai kalender tertua di Nusantara, bahkan sudah diseminarkan di tingkat internasional. Kalender ini pun sudah ditetapkan sebagai kalender paling akurat di Solo," jelas Budi Dalton di Gedung Indonesia Menggugat, Jalan Perintis Kemerdekaan Kota Bandung, Rabu (2/11/2011).
Seperti kalender pada umumnya, sistem penanggalan Sunda pun terdiri dari 12 bulan. Yakni Kartika, Margasira, Posya, Maga, Palguna, Setra, Wesaka, Yesta, Asada, Arawana, Badra, dan Asuji. Dalam sebulan, terdiri dari 29 atau 30 hari.
"Penentuan tanggalnya berdasarkan kala edar bulan dan matahari. Dalam sebulan pun dibagi dua, yang disebut paro caang dan paro poek. Sementara dalam seminggu ada 7 hari, yaitu Radite, Soma, Anggara, Buda, Respati, Sukra, dan Tumpek," jelas dosen Jurusan Seni Musik Unpas itu.
.
Kalender hasil perhitungan karuhun Sunda ternyata diakui keakuratannya oleh Kerajaan Kelantan Malaysia. Bahkan mereka akan mengadakan perayaan tahun baru Sunda dalam waktu dekat.
"Mereka mengakui perhitungan kalender Sunda. Bahkan di sana bakal ada perayaan tahun baru kalender Sunda," ujar koordinator acara Tahun Baru Kalender Sunda Dadang Hermawan di Gedung Indonesia Menggugat Jalan Viaduct, Rabu (2/11/2011).
Dadang mengatakan, putri raja Kerajaan Kelantan Raja Tengku Putri Anis Raja Sazali sudah beberapa kali datang ke Bandung untuk menyiapkan perayaan tahun baru itu. "Dia itu turunan ketujuh Sri Ratu Puteri Saadong, Raja Kelantan Malaysia," jelas Dadang.
Bahkan dari hasil penelusuran sejarah, ada dugaan kerajaan Kelantan saat ini masih ada hubungannya dengan karuhun Sunda. Menurut Dadang, bisa jadi mereka masih keturunan Sunda.
"Memang katanya mereka masih keturunan Sunda. Itu tidak heran karena dulu kan wilayah Sunda cukup besar, jadi kemungkinan itu ada," kata Dadang.
Penanggalan Kala Sunda
Jalan Tirtayasa, Kota Bandung, malam itu tampak temaram. Maklum, di ruas jalan tersebut minim tiang penerangan jalan. Hanya pemilik rumah yang berkenan memasang lampu di luar rumah mereka sehingga area ini tidak gelap total. Di jalan itu, di sebuah rumah bergaya kolonial nomor 34, saya menemui Ir. Roza Rahamjasa Mintaredja. Ia seorang arsitek jebolan Universitas Parahyangan yang gencar menebar benih-benih revolusi bersama Ali Sastramidjaja.
Revolusi yang dilakukan mereka bukanlah revolusi ala Iran tahun 1979 ataupun Revolusi Bolshevik-nya Lenin 1917. Revolusi yang diusung Oca, begitu Roza biasa disapa, dan Bah Ali, panggilan Ali Sastramidjaja, adalah membuat setiap rumah warga Jawa Barat bertengger Kalender Sunda. Sebuah hal yang revolusioner sekaligus radikal karena memapankan sistem penanggalan yang sudah terkubur selama 500 tahun di tengah sistem penanggalan yang sudah sangat mapan seperti Masehi dan Hijriah.
Penemuan kembali/refinding Kala Sunda oleh Bah Ali sangat berpengaruh terhadap penanggalan sejarah atau pun rekonstruksi sejarah. Tapi tentunya, Kala Sunda harus bisa dibuktikan secara ilmiah.
Mengenai hal ini, Oca mengaku, Tim Kala Sunda akan menghadiri Kongres Astronomi dan Astrofisika Nasional pada November mendatang. Langkah selanjutnya, Kala Sunda diharapkan bisa diajukan ke tingkat internasional jika lolos “fit and proper test” bidang kalender. Baik Roza maupun Ali sama-sama yakin Kala Sunda adalah kalender paling akurat sedunia. Mereka pun berani mengadu Kala Sunda dengan kalender lain.
Terkait pembuktian ilmiah ini, sejarawan Universitas Padjadjaran, Nina Herlina Lubis turut angkat bicara. Pada dasarnya, ia salut dengan penemuan Bah Ali ini. Tapi, ia menganjurkan Bah Ali mengajukan penemuannya itu ke Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)/
Permintaan pembuktian secara ilmiah itu timbul lantaran sebagian pihak merasa skeptis dengan penemuan Kala Sunda ini. Skeptisisme ini muncul akibat minimnya bukti yang dijadikan rujukan Kala Sunda. Ali mengaku mendapatkan data dari kakeknya, Atmadiredja, berupa kumpulan tulisan yang berkaitan dengan perbandingan kalender Jawa dan kalender Sunda. Sayangnya, Ali tidak menanyakan kepada kakeknya perihal sumber kumpulan tulisan tersebut. Tapi Ali tetap yakin, kakeknya tidak berbohong.
Adapun T. Djamaluddin, peneliti utama Astronomi dan Astrofisika di Lembaga Antariksa dan Penerbangan (LAPAN) Bandung, mengatakan, patut diduga, sebagian besar aturan Kala Sunda berasal dari interpretasi dan pengembangan Ali Sastraamidjaja. Ia beralasan, budaya tutur yang lebih dominan ketimbang budaya tulis dalam masyarakat tidak memungkinkan lengkapnya alih pengetahuan yang bersifat matematis. Ia merujuk pada ucapan Atmadiredja, “Engke oge kependak ku anjeun,”. Dengan kata lain, Djamaluddin meragukan keotentikan data Atmadiredja.
Selain ada yang skeptis terhadap Kala Sunda, ada juga pihak yang mengapresiasi. Seorang antropolog asal Amerika Serikat, Tylor, mengakui Kala Sunda akurat bahkan bisa disebut kalender yang paling bagus dinatara kalender-kalender buhun di daerah lain. “Isinya lebih komplit dan akurat,” ujarnya. Tylor sebelumnya pernah meneliti beragam kalender kuno di beberapa negara.
Asal Mula Kala Sunda Ditemukan
Cerita penemuan kembali Kala Sunda bermula ketika Ir. C.J Snijders, astronom Belanda, menemukan Pawukon. Pawukon adalah sistem kalender yang mempunyai waktu terukur, seperti wuku yakni penamaan per tujuh hari. Ada 30 nama wuku. Ada juga wara, model penanggalan “mingguan” dari seminggu hanya satu hari hingga seminggu ada yang sepuluh hari.
Kala Sunda hanya menggunakan dua wara, yakni panca wara dan sapta wara. Dengan dua wara ini saja, menurut Roza, Kala Sunda sudah berpenanggalan “stereo” seperti radite-pahing, sukra-kliwon. Seseorang yang lahir pada Senin wage, akan berbeda wataknya dengan orang yang lahir pada Senin-kliwon.
Pawukon adalah bukti adanya manusia tertua di Pulau Jawa. Dalam bukunya Beginselen der Astrologie, Snijders menyebutkan Pulau Jawa dan Kepulauan Indonesia lainnya sudah ada sejak jaman Lemuria atau Pleistoceen, kira-kira sejuta tahun yang lalu. Umurnya pun lebih tua dari daratan Asia sendiri. Jawa dan Kepulauan Indonesia lainnya selamat dari bencana yang menghancurkan Lemuria dan Atlantis di bagian dunia barat sehingga masih utuh sampai saat ini.
Di buku itu juga disebutkan perbandingan umur kalender bangsa-bangsa dunia. Snijders menaksir kalender Quichuas, penduduk asli Meksiko, berumur 15 ribu tahun. Usia kalender Cina 13 ribu tahun, Babilonia 6500 tahun, dan India, yang disebut Surya Sidhanta, berumur 2200 tahun. Adapun Sistem pawukon ini ditaksir berumur 17.183 tahun.
Pawukon adalah bagian dari kalender Sunda. Dengan kata lain, Kalender Sunda adalah kalender tertua di dunia.
Merujuk pada Ensiklopedi Winkler Prince, tingginya suatu peradaban, diukur dari tingkat akurasi penanggalan kalendernya. Secara logis pun, bangsa yang sudah mempunyai sistem kalender – terlebih yang rumit – pasti sudah menguasai aksara, bahasa, ilmu hitung, dan ilmu baca. Dalam konteks Kala Sunda, Ali berpendapat, aksara yang digunakan atau dikuasai adalah Caraka atau Kagangan. Sebelum Ki Sunda membuat tulisan, pasti sudah mengenal bahasa dan tata bahasa yang baku.
Lebih lanjut Ali mengatakan, hal penting dalam bahasa adalah rarangken atau afiks (awalan, akhiran, sisipan, dan majemuk) pada sebuah kata. Menurut perhitungan Ali, kombinasi dari rarangken pada sebuah kata mencapai lebih dari 8 milyar kombinasi dengan angka yang berbeda.
Bahkan, Dalam Penataran Dialetologi Tahap I, Juni-Agustus 1976, Proto Austronesia Etyma cunstituting An Asutronesian Cognate Finder List Dr. Bernd Nothafer, menggambarkan bahwa Proto-Sundic merupakan induk bahasa dari bahasa lain, seperti Melayu, Madura, Bali.
Bukti-Bukti
Di bagian awal sudah sedikit diulas mengenai skeptisme pihak-pihak tertentu terhadap Kala Sunda. Yaitu mengenai keotentikan data Atmadiredja yang dijadikan rujukan Ali dalam penemuan kembali Kala Sunda. No document no history, begitulah idiomnya.
Namun, ada beberapa bukti arkeologis yang mendukung penemuan Kala Sunda. Salah satunya prasasti Sanghyang Tapak di Sukabumi. Prasasti ini dibuat di era Prabu Sri Jayabupati, Raja Sunda pada 952 - 964 Caka Sunda (1045 - 1057 Masehi Julian). Pada batu tulis ini tertera penanggalan lengkap sebagai berikut:
Tanggal 12 Suklapaksa (= paro terang), bulan Kartika (= bulan ke 1), tahun 952 Caka Sunda, hari (hariyang = hari dan pasar) Radite (= Ahad), Kaliwon, wara (= wuku) Tambir (= wuku Sunda ke 19). Tanggal ini bersamaan dengan tanggal 07 Juli 1045 Masehi.Berkaitan dengan prasasti ini, tahun 52 Saka, Aki Tirem menyerahkan kekuasaan Kerajaan Sakalanagara – diperkirakan berada di wilayah Pandeglang – kepada putrinya, Nyi Putri Rarasati yang dinikahi oleh Dewa Warman dari India. Peristiwa ini lantas dijadikan titimangsa penetapan tahun pertama Kalender Sunda.
Artinya, cerita Sakalanagara ini jatuh pada abad kedua masehi (122 M). Jika dicocokkan dengan naskah Pangeran Wangsakerta (abad 17), sangat cocok. Apabila cerita Sakalanagara jaman Aki Tirem dan naskah Pangeran Wangsakerta dihubungkan, menurut data Atmadiredja, sangat cocok. Penanggalan Kala Sunda dihitung mundur secara matematik. Tahun pertama merujuk pada saat penyerahan kekuasaan Aki Tirem kepada Puterinya.
Sistem Kala Sunda
Secara umum, Kala Sunda adalah kalender yang menggunakan tiga dimensi. Kalender dengan dimensi solar atau matahari disebut kalender Kala Surya. Candralaka adalah Kala Sunda yang berdimensi lunar atau bulan. Sedangkan kalender dengan dimensi bintang disebut Sukrakala..
Di tanah Sunda, sukrakala disebut palintangan (lintang/bintang/star). Misalnya bintang Kijang turun Kujang yang menandakan persiapan kegiatan dibidang pertanian.
Sampai saat ini , penanggalan Sukra Kala masih digunakan oleh masyarakat Kenekes, Banten. Orang Kanekes menggarap huma dengan melihat kedudukan bintang kijang. Proses penggarapan dapat dilihat dari rumusan di bawah ini (Ekadjati, 1995: 96-97):
- Tanggal kidang, turun kidang (bintang kijang mulai muncul, turunlah kijang). Pada saat bintang kijang mulai muncul, orang Kanékés mulai menggarap huma.
- Kidang rumangsang (bintang kijang mekar di waktu subuh). Pada saat ini, semua rumput dan ranting harus sudah kering, siap untuk dibakar.
- Kidang muhunan (bintang kijang memuncak). Posisi bintang tegak lurus di atas kepala pada waktu subuh. Pada waktu ini, lahan huma sudah bersih, siap untuk ditanami.
- Kidang ilang, turun kungkang (bintang kijang menghilang, keluarlah walang sangit). Berarti saat binatang kijang tak muncul lagi, itulah masanya keluar hama padi, seperti walang sangit.
Yang paling awal dikenal orang ialah siang dan malam. Siang dan malam menunjukkan ada dan tidak adanya sinar matahari. Hari dimulai dari matahari terbit (± jam 06.00 WIB). Matahari terus naik hingga tengah hari. Selanjutnya, matahari turun lagi sampai terbenam (± jam 18.00 WIB). Setelah itu matahari tak nampak, hari menjadi gelap, disebut malam. Hal ini tentu berbeda dengan sistem Masehi yang memulai hari pada pukul 00.00 dan sistem Hijriah merujuk pukul 18.00 atau ketika matahari terbenam sebagai awal dimulainya hari.
Dalam Kala Surya Sunda, tiga tahun pertama adalah tahun pendek dan tahun keempat adalah tahun panjang. Tapi, setiap tahun yang habis dibagi 128, dijadikan tahun pendek.
Adapun nama-nama bulan dalam Saka Sunda antara lain; (1) Kasa, (2) Karo, (3) Katiga, (4) Kapat, (5) Kalima, (6) Kanem, (7) Kapitu, (8) Kawalu, (9) Kasanga, (10) Kadasa, (11) Hapitlemah, (12) Hapitkayu.
Jumlah hari setiap bulan berselingan, 30 dan 31 hari. Tapi di bulan kedua belas atau Hapitkayu, jika jatuh pada tahun pendek, sebulan ada 30 hari. Sedangkan pada tahun panjang, Hapitkayu berumur 31 hari.
Adapun nama hari dalam Saka Sunda antara lain, Minggu – Radite, Senin – Soma, Selasa – Anggara, Rabu – Buda, Kamis – Respati, Jumat – Sukra, Sabtu – Tumpek.
Ir. Roza Rahamjasa Mintaredja dan Ali Sastramidjaja, pencetus revolusi Kala Sunda (baca bagian pertama), mengatakan Kala Sunda adalah kalender paling akurat sedunia. Kala Sunda mempunyai akurasi 365,2421875 hari per tahun. Menurut standar astronomi internasional, rata-rata hari per tahun adalah 365,24218575. Jadi selisihnya 0.0000125 hari per tahun rata-rata.
Dalam perkembangannya, satuan astronomi yang baru, tanggal 1 Januari 2000, umur rata-rata per tahun adalah 365.24218967 hari per tahun. Masih menggunakan angka yang sama dalam Kala Surya Sunda, selisihnya adalah 0.000000217 hari per tahun. Ketepatannya 460.830 tahun. Adapun selisih /penyimpangan dalam kalender Masehi Gregorian 0.0003 per tahun.
Namun perihal akurasi ini, T.Djamaluddin, Profesor Riset Astronomi Dan Astrofisika LAPAN Bandung, berpendapat, hal tersebut tidak membanggakan karena secara astronomis tidak bermakna keunggulan. Ia menambahkan, kalender Masehi pun bisa menggunakan koreksi setiap 128 tahun. Secara matematis, mudah dihitung koreksi berapa tahun yang harus dilakukan untuk mendapatkan tingkat akurasi tertentu. “Apakah angka 128 asli aturan Kala Sunda atau hasil hitungan matematika abad 20?,” tuturnya. Lebih lanjut Djamaluddin menjelaskan dalam kajian kalender, hal yang harus diperhatikan adalah segi kemudahan sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan keseharian.
Pada tahun Masehi, tahun kabisat yang harus dihilangkan dari aturan Julian adalah tahun kelipatan 100 yang tidak habis dibagi 400. Misalnya 1700, 1800, 1920, dan 2048. Tentunya angka kelipatan 100 lebih mudah diingat daripada angka kelipatan 128 tersebut. “Angka akurasi bukanlah ukuran keunggulan suatu sistem kalender,” ujarnya.
Perhitungan Kala Candra
Selain memakai dimensi matahari atau solar, Kala Sunda juga memakai dimensi lunar atau bulan yang disebut Kala Candra. Meski sama-sama memakai sistem lunar, Kala Sunda berbeda dengan penanggalan Hijriah. Satu bulan dalam Kala Candra dibagi dua, bagian terang dan bagian gelap.
Bagian terang disebut paro caang atau suklapaksa. Sedangkan bagian gelap disebut paro poek atau kresnapaksa. Paro caang dihitung sejak bulan terlihat setengah sampai purnama lalu kembali ke semula (setengah bulat/penuh). Paro poek dihitung ketika bulan terlihat setengah sampai ke hilang bulan/gelap/tidak ada bulan/gelap bulan dan kembali lagi ke awal.
Paro caang lamanya 15 hari, sedangkan paro poek 14-15 hari. Jadi tidak ada tanggal 16 dalam Kala Candra. Setelah tanggal 15, hari berikutnya adalah awal bulan baru yaitu tanggal 1. Jika pada kalender Hijriah purnama jatuh pada tanggal 15, di Kala Candra purnama jatuh pada 7 atau 8 Parocaang/Suklapaksa.
Paro caang dan paro poek ini tak lepas dari kritik. Banyak yang memandang paro caang (suklapaksa) dan paro poek (kresnapaksa) adalah tradisi India.
Suklapaksa berasal dari Bahasa Sansekerta, sukla berarti terang, dan paksha berarti setengah bulan. T. Djamaluddin menerangkan suklapaksa dalam tradisi Hindu bermakna rentang 15 hari pertama saat bulan makin terang, sejak bulan baru sampai bulan purnama. Sedangkan Kresnapaksa (krishna berarti gelap dan phaksa berarti setengah) bermakna setengah bulan berikutnya saat bulan makin gelap, dari purnama sampai bulan mati.
Konsep suklapaksa (shuklapaksha) dan kresnapaksa (krishnapaksha) kini masih digunakan pada kalender Hindu di India. Kalender ini disebut Pachang.
Namun, Ali menangkas kritik tersebut. Menurutnya, dalam penanggalan India tidak dikenal istilah Pancawara (wuku). Sementara, ada penanggalan yang menyebutkan pancawara ini, salah satunya prasasti Sanghyang Tapak. Jelas, penanggalan yang tertera dalam naskah dan prasasti itu memakai Kala Sunda, bukan Kala Saka India. Roza menambahkan, Kala Saka India memakai sistem solar, sementara Kala Sunda, dalam konteks suklapaksa dan kresna paksa memakai sistem lunar.
Dari uraian Kala Sunda ini, terlepas dari kontroversinya, Kala Sunda menambah khasanah kita mengenai sistem penanggalan Nusantara.
Sumber:
http://jabar.tribunnews.com/read/artikel/120581/kalender-sunda-diakui-kerajaan-kelantan
http://kolomkita.detik.com/baca/artikel/33/2127/mengenal_penanggalan_kala_sunda_bagian_i
http://kolomkita.detik.com/baca/artikel/33/2128/penanggalan_kala_sunda_bagian_ii_
http://inug.tripod.com/Kala.htm
http://www.inilahjabar.com/read/detail/1792112/kalender-sunda-diklaim-lebih-akurat
Happy Sundanese New Year 1948
Sumber Gambar: klik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar